TUNAGRAHITA
TUNAGRAHITA
Kelas
D3
Disusun
Oleh :
Isnani Jam’
Iatul Husna
NIM :
1610127720028
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
BANJARMASIN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak
Tunagrahita sebagaimana anak pada umumnya memiliki hak dan kebutuhan untuk
berkembang atau mengaktualisasikan potensinya sehingga dapat hidup mandiri.
Namun dalam rangka pemenuhan hal-hal tersebut tentu saja mengalami hambatan
karena keterbatasan fungsi kecerdasan intelektualnya yang berada di bawah usia
kronologisnya secara signifikan. Karena itu anak tunagrahita memperlihatkan
aktualisasi fungsi intelektual, kemampuan dalam perilaku adaptif di bawah
usianya, dan termanifestasi dalam masa perkembangannya.
Akibat dari ketiga hal tersebut anak
tunagrahita memilik ciri-ciri, permasalahan, dan kebutuhan khusus yang tentu
saja memerlukan layanan khusus agar ia dapat berkembang optimal sehingga pada
akhirnya dapat hidup layak di masyarakat. Ciri-ciri khusus anak tunagrahita seperti: sulit mempelajari hal-hal
abstrak, cepat lupa, miskin konsentrasi, kurang mampu memelihara kesehatan,
kurang koordinasi motorik, dan lain-lain.
Oleh karena
itu anak tunagrahita pun mengalami kesulitan dalam belajar melalui pengamatan
termasuk belajar membina keterampilan hidup sehari-sehari (dikenal dengan
kemampuan bina diri). Persoalan bina diri dapat dipelajari anak normal melalui
pengamatan (proses imitasi) tetapi untuk anak tunagrahita justru sebaliknya
harus diajarkan secara rutin, terprogram, rinci, dengan alat khusus karena
keterbatasan pengamatannya. Sebagai contoh, seorang anak kecil normal secara
spontan memegang sisir dan menyisir rambutnya karena sering melihat ibunya atau
orang dewasa disekelilingnya menyisir rambut. Hal ini tidak dapat dilakukan
anak tunagrahita karena keterbatasan dalam pengamatan, dan cepat lupa.
Ketidak mampuan melakukan bina diri menyebabkan mereka diisolir oleh
lingkungan.
Sebagai upaya mengatasi hambatan perilaku adaptif bagi peserta didik
tunagrahita dikembangkan Program Pengembangan Diri (PPD). Program pengembangan
diri bagi tunagrahita meliputi: keterampilan merawatdiri, keterampilan menjaga
keselamatan dan kesehatan, keterampilan berkomunikasi, keterampilan bersosialisasi, keterampilan bekerja, dan
keterampilan menggunakan waktu luang di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. PPD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
tunagrahita dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan kehidupan dirinya
sendiri sehingga mereka tidak membebani orang lain.
Dalam pelaksanaan program pengembangan diri perlu adanya standar
kemampuan untuk dapat mencapai kemampuan minimal yang menggambarkan
keterampilan yang dicapai, hal ini sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan,
dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari atau pengembangan diri peserta didik
tunagrahita.
B.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.
Untuk memenuhi tugas matakuliah Kompensatoris Tunagrahita
2.
Untuk mengetahui cara membuat program bina diri tunagrahita.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
ANAK TUNAGRAHITA
Tunagrahita adalah anak yang mengalami
hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata- rata. Gejalanya tak
hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik.
Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak
seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan
gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Menurut Efendi anak tunagrahita adalah “anak
yang mengalami taraf kecerdasan yang rendah sehingga untuk meniti tugas
perkembangan ia sangat membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus”.
Definisi lain yang diterima secara luas dan
menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan oleh Grossman yang secara
resmi digunakan AAMD (American Association of Mental Deficiency) yaitu
ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata
(signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan
dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung pada masa
perkembangan.
Menurut Hj.T.Sutjihati Somantri, anak
tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan
kecerdasannya mengalami hambatan, sehingga tidak mencapai perkembangan yang
optimal. Sedangkan menurut Bratanata, seseorang dikategorikan berkelainan
mental subnormal atau tunagrahita, jika anak tuna grahita memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti
tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk
dalam program pendidikannya.
Banyak terminologi (istilah) yang digunakan untuk menyebut mereka yang
kondisi kecerdasannya dibawah rata-rata. Dalam bahasa Indonesia, istilah yang
pernah digunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, reterdasi
mental, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa asing
(Inggris) dikenal dengan istilah mental retardation, mental deficiency,
mentally handicapped, feebleminded, mental subnormality, intellectually
handicapped dan intellectually disabled.
Istilah-istilah
tersebut dapat dijelaskan :
a)
Mental Retardation
Banyak digunakan di Amerika Serikat dan diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai terbelakang mental.
b)
Febbleminded (Lemah Pikiran)
Digunakan di Inggris untuk melukiskan kelompok tunagrahita ringan.
c)
Mental Subnormality
Digunakan di Inggris pengertiannya sama seperti Mental Retardation.
d)
Mental Deficiency
Menunjukan kapasitas kecerdasan yang menurun akibat penyakit yang
menyerang organ tubuh.
e)
Mentally Handicapped
Dalam bahas Indonesia dikenal dengan istilah cacat mental.
f)
Intellectually Handicapped
Merupakan istilah yang banyak digunakan New Zealand.
g)
Intellectually Disabled
Istilah ini banyak digunakan oleh PBB.
Beragamnya istilah yang digunakan disebabkan oleh perbedaan latar
belakang keilmuan dan kepentingan para ahli yang mengemukakannya. Namun
demikian, semua istilah tersebut tertuju pada pengertian yang sama, yaitu
menggambarkan kondisi terlambat dan terbatasnya perkembangan kecerdasan
seseorang sedemikian rupa jika dibandingkan dengan rata-rata atau anak pada
umumnya disertai dengan keterbatasan dalam perilaku penyesuaian. Kondisi ini
berlangsung pada masa perkembangan.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah berikut ini :
a.
Fungsi intelektual umum secara
signifikan berada dibawah rata-rata, maksudnya bahwa kekurangan itu harus
benar-benar meyakinkan sehingga yang bersangkutan memerlukan layanan pendidikan
khusus. Sebagai contoh, anak normal rata-rata mempunyai IQ (Intelligency
Quetient) 100, sedangkan anak tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70.
b.
Kekurangan dalam tingkah laku
penyesuaian (perilaku adatif), maksudnya bahwa yang bersangkuta tidak/kurang
memiliki kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan
usiannya. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan oleh
anak usianya lebih muda darinya.
c.
Ketunagrahitaan berlangsung
pada periode perkembangan, maksudnya adalah ketunagrahitaan itu terjadi pada
usia perkembangan yaitu, sejak konsepsi hingga usia 18 tahun.
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa untuk dikategorikan sebagai
penyandang tunagrahita, seseorang harus memiliki ketiga ciri-ciri tersebut.
Apabila seseorang hanya memiliki salah satu dari ciri-ciri tersebut maka yang
bersangkutan belum dapat dikategorikan sebagai penyandang tunagrahita.
Klasifikasi
Anak Tunagrahita
Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan untuk
mempermudah guru dalam menyusun program dan melaksanakan layanan pendidikan.
Pengklasifikasian ini pun bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu maupun
perubahan pandangan terhadap keberadaan anak tunagrahita. Klasifikasi yang
digunakan sekarang adalah sebagai berikut :
1. Mild mental retardation (tunagrahita ringan) IQ-nya 70-55
2. Moderate mental retartadion (tunagrahita
sedang) IQ-nya 55-40
3. Severe mental retardation (tunagrahita berat) IQ-nya 40-25
4. Profound mental retardation (sangat berat) IQ-nya 25 ke
bawah
Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72
Tahun 1991 adalah sebagai berikut :
1. Tunagrahita
ringan IQ-nya 50-70,
2. Tunagrahita sedang
IQ-nya 30-50,
3. Tunagrahita
berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30.
Permasalahan
Anak Tunagrahita
1)
Masalah Kesulitan dalam
Kehidupan Sehari-hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan
diri dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi keterbatasan anak-anak dalam
kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan apalagi yang termasuk
dalam kategori berat. Seperti: Cara makan, menggosok gigi, memakai baju,
memasang sepatu, dan lain-lain.
2)
Masalah Kesulitan Belajar
Masalah-masalah yang sering dirasakan dalam kaitannya
dengan proses belajar mengajar diantaranya: Kesulitan menangkap pelajaran,
kesulitan dalam belajar atau berdiskusi dengan baik, kemampuan berpikir abstrak
yang terbatas dan daya ingat yang lemah.
3)
Masalah Penyesuaian Diri
Masalah ini berkaitan dengan masalah atau kesulitan
dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu disekitarnya. Karena tingkat
kecerdasan anak tunagrahita jelas-jelas berada dibawah rata-rata (normal) maka
dalam kehidupan bersosisalisasi mengalami hambatan. Disamping itu mereka ada
kecenderungan diisolir (dijauhi) oleh lingkungannya, baik oleh masyarakat
ataupun keluarganya.
4)
Masalah Penyaluran ke Tempat
kerja
Kehidupan anak tunagrahita cukup memprihatinkan. Setelah
selesai mengikuti program pendidikan ternyata masih banyak yang sangat
menggantungkan diri dan membebani kehidupan keluarga. Diharapkan pihak sekolah
lebih banyak meningkatkan kegiatan non-akademik yang nantinya dapat membekali
mereka untuk terjun ke masyarakat sebagai individu yang mandiri.
5)
Masalah Kepribadian dan Emosi
Memahami akan kondisi karakteristik mentalnya, Nampak
jelas bahwa anak tunagrahita kurang memiliki kemampuan berfikir, keseimbangan
pribadinya kurang stabil. Dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari,
seperti: berdiam diri berjam-jam lamanya, gerakan yang hiperaktif, mudah marah
dan tersinggung, mengganggu orang lain disekitarnya dan lain-lain.
6)
Masalah Pemanfaatan Waktu Luang
Wajar jika anak tunagrahita sering menampilkan tingkah
laku nakal atau jail. Untuk mengimbangi kondisi ini sangat perlu adanya
imbangan kegiatan dalam waktu luang, sehingga mereka dapat terjauhkan dari
kondisi yang berbahaya, dan pula tidak sampai menggangu ketenangan masyarakat
maupun keluarganya sendiri.
B.
BINA
DIRI TUNAGRAHITA
Prinsip umum pelaksanaan pembelajaran
pengembangan bina diri yaitu: assesmen: menemukan hal-hal yang sudah dan belum
dimiliki anak dalam berbagai hal dan menemukan kebutuhan anak, keselamatan
(safety), kehati-hatian (poise), kemandirian (independent), percaya diri
(confident), tradisi yang berlaku di sekitar anak berada (traditional manner),
sesuai dengan usia (in appropriate), modifikasi alat dan cara, analisa tugas
(task analysis). Selain itu, Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita sebagai
berkut:
1.
Prinsip
fungsional bina diri: layanan yang diberikan dalam bentuk latihan-latihan
fungsi otot dan sendi, tujuan untuk meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi
agar mencapai kemampuan gerak yang optimal.
2.
Prinsip
supportif bina diri: latihan atau pembinaan untuk meningkatkan motivasi, dan
percaya diri bahwa dirinya mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan, tujuan
hal tersebut adalah menanamkan rasa percaya diri dan motivasi sehingga
mempunyai keyakinan bahwa hambatan yang dialaminya tidak menjadi hambatan untuk
berprestasi.
3.
Prinsip
evaluasi bina diri: kegiatan layanan atau pembinaan secara terstruktur dan
dengan standar perkembangan atau kemampuan standar normal.
4.
Prinsip
Activity of Daily Living: pembinaan atau latihan yang diberikan mengacu kepada
segala aktiitas yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan
mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.
Ruang lingkup pengembangan bina diri
bagi anak tunagrahita meliputi keterampilan merawat diri, mengurus diri,
menolong diri, bekomunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan
menggunakan waktu luang (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).
Pelaksanaan pengembangan bina diri
haruslah berorientasi pada kebutuhan peserta didik tunagrahita, memperhatikan
lingkungan yang kondusif, menggunakan pembelajaran terpadu, mengembangkan
keterampilan hidup/kecakapan hidup, menggunakan berbagai media dan sumber
belajar yang bervariasi dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada
prinsip-prinsip perkembangan dan kemampuan peserta didik tunagrahita. Sehingga
dalam pelaksanaannya diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat
berjalan secara optimal sesuai dengan yang diharapkan dimulai dengan kesiapan
peserta didik dalam menerima latihan, belajar dalam keadaan nyaman dan
diusahakan peserta didik dibawa dalam kondisi yang kongkrit dan nyata supaya
pengalaman belajar yang didapat peserta didik utuh dan menyeluruh, latihan
diberikan berdasarkan tahapan tugas (task analisys), berikan penguatan berupa
pujian dan lainnya, latihan dilakukan secara berulang-ulang. Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran bina diri bersifat
perbaikan tingkah laku (behavior modification).
Teknik yang perlu dilakukan dalam pembelajaran
pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita adalah sebagai berikut:
1.
Memberi contoh (modelling),
menunjukkan kepada anak apa yang harus dikerjakan
2.
Menuntun/mendorong (promting),
melakukan atau mengatakan sesuatu untuk membantu anak agar dapat mengerti apa
yang harus dilakukan
3.
Mengurangi tuntunan (fading),
ialah mengurangi tuntunan secara bertahap sejalan dengan keberhasilan siswa
4.
Pentahapan (shaping), ialah
membagi kegiatan dalam beberapa pentahapan, dimulai dari yang mudah ke yang
sukar.
5.
Prosedur pembelajaran
pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita Pelaksanaan program
pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita perlu memperhatikan
rambu-rambu, sebagai berikut.
6.
Pengembangan diri dibuat tidak
berdasarkan jenjang, satuan pendidikan, dan tingkatan kelas. Program
pengembangan diri disusun berdasarkan hasil asesmen.
7.
Metode, alat pengembangan atau
pembelajaran, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada guru.
8.
Proses pengembangan
dilaksanakan dengan mengutamakan aspek motorik dan psikomotor.
9.
Penguasaan kemampuan dan
indikator tidak harus dilakukan secara berurutan, tetapi guru diberi wewenang
untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Rambu-rambu pelaksanaan program pengembangan diri bagi peserta didik
tunagrahita sebagai berikut.
1. Pengembangan diri dibuat
tidak berdasarkan jenjang, satuan
pendidikan, dan tingkatan kelas. Program pengembangan diri disusun berdasarkan
hasil asesmen.
2. Metode, alat pengembangan
atau pembelajaran, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada guru.
3. Proses pengembangan
dilaksanakan dengan mengutamakan aspek motorik dan psikomotor.
4. Penguasaan
kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara berurutan, tetapi guru
diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta
didik.
BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN PROGRAM BINA DIRI
A.
Prosedur
Pelaksaaan Program Bina Diri
Pengembangan diri dilaksanakan secara
terprogram dan sesuai dengan kemampuan
peserta didik tunagrahita. Prosedur
pelaksanaan pengembangan diri dimulai dengan asesmen. Asesmen digunakan untuk
mengetahui kemampuan saat ini dari individu peserta didik tunagrahita dalam
aspek-aspek pengembangan diri. Hasil assemen ini didokumentasikan kedalam
profil individu peserta didik. Berdasarkan profil ini dilakukan analisis
terkait dengan kompetensi dan indikator program pengembangan diri. Berdasarkan
hasil analisis ini dapat ditetapkan prioritas kompetensi yang akan dicapai
dalam satu semester ke depan. Alur selanjutnya sesuai dengan bagan alur
berikut, yaitu dilakukan perencanaan kegiatan pengembangan diri, pelaksanaan
dan penilaian. Pada tahap penilaian sekaligus memberi informasi balikan
sebagaimana tahapan asesmen. Bagian ahir dari prosedur kegiatan pengembangan
diri adalah pembuatan laporan. Lebih lanjut dapat dilihat pada gambar alur
berikut ini.

B.
Jadwal
Pelaksanaan Program Bina Diri
Pelaksanaaan program bina diri akan
dilaksanakan pada tahun 2018.Waktu pelaksaan akan dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu : Tahap identifikai, asesmen, dan pelaksanaan program bina diri. Adapun
penjabarannya pada tabel dibawah ini :
No
|
Hari, tanggal
|
Waktu
|
Program
|
1.
|
Kamis, 03 Mei 2018
|
09.00-12.00
|
Observasi
|
2.
|
Jum’at, 04 Mei 2018
|
09.00-11.00
|
Identifikasi
|
3.
|
Sabtu, 05 Mei 2018
|
10.00-11.30
|
Asesmen
|
4.
|
Senin, 07 Mei 2018
|
10.00-11.30
|
Asesmen
|
5.
|
Selasa, 08 Mei 2018
|
10.00-11.30
|
Program
|
6.
|
Rabu, 09 Mei 2018
|
10.00-11.30
|
Program
|
7.
|
Senin, 14 Mei 2018
|
10.00-11.30
|
Program
|
8.
|
Selasa, 15 Mei 2018
|
10.00-11.30
|
Program
|
BAB IV
DESKRIPSI HASIL
IDENTIFIKASI DAN ASESMEN
A. Hasil Identifikasi
1. Identifikasi Anak
Identitas Peserta Didik :
1.
Nama :
Muhammad Perdi
2.
Tempat dan tanggal lahir/umur :
Rantau, 07-Juli- 2004
3.
Jenis kelamin :
Laki-laki
4.
Agama :
Islam
5.
Status anak :
Kandung
6.
Anak ke dari jumlah saudara :
1 dari 2 bersaudara
7.
Nama sekolah :
SDLBN LUMBU RAYA
8.
Kelas :
V (5)
9.
Alamat :
Jl.Parigi Simbar RT 01 RW 02
Desa Parigi
Kecamatan Bakarangan
Kabupaten Tapin
Riwayat Kelahiran :
1.
Perkembangan masa kehamilan :
Normal
2.
Penyakit pada masa kehamilan
: -
3.
Usia kandungan :
9 Bulan 10 Hari
4.
Riwayat proses kelahiran :
Normal
5.
Tempat kelahiran :
Di rumah
6.
Penolong proses kelahiran :
Bidan Desa.
7.
Gangguan pada saat bayi lahir
: Kesulitan Bernafas
8.
Berat bayi :
3,2 Kg
9.
Panjang bayi :
50 cm
10.
Tanda-tanda kelainan pada bayi :
3 jam setelah kelahiran mengalami step (demam kejang-kejang)
Perkembangan Masa Balita :
1.
Menetek ibunya hingga umur :
2 Tahun
2.
Minum susu kaleng hingga umur :
-
3.
Imunisasi (lengkap/tidak) :
Lengkap
4.
Pemeriksaan/penimbangan rutin/tdk :
Rutin
5.
Kualitas makanan : .Usia 3 Bulan
sudah diberi makan bubur (sun)
6.
Kuantitas makan :
Lancar
7.
Kesulitan makan (ya/tidak) :
Tidak
Perkembangan Fisik :
1.
Dapat berdiri pada umur :
9 Bulan
2.
Dapat berjalan pada umur :
10 Bulan
3.
Naik sepeda roda tiga pada umur :
-
4.
Naik sepeda roda dua pada umur :
-
5.
Bicara dengan kalimat lengkap : 10 Tahun
6.
Kesulitan gerakan yang dialami : -
7.
Status Gizi Balita (baik/kurang) : Baik
8.
Riwayat kesehatan (baik/kurang) :
Baik
9.
Penggunaan tangan dominan :
Kiri
Perkembangan Bahasa :
1.
Meraba/berceloteh pada umur :
± 3 Tahun
2.
Mengucapkan satu suku kata yang bermakna kalimat (mis. Pa berarti bapak)
pada umur : ± 3 Tahun
3.
Berbicara dengan satu kata bermakna pada umur : 5 Tahun
4.
Berbicara dengan kalimat lengkap sederhana pada umur : 10 Tahun
Perkembangan Sosial :
1.
Hubungan dengan saudara :
Baik
2.
Hubungan dengan teman :
Baik
3.
Hubungan dengan orangtua :
Baik
4.
Hobi :
Bulu Tangkis dan Volly
5.
Minat khusus :
Main ORARI
2. Perkembangan Pendidikan Anak
Masuk TK umur : 4 Tahun
Lama Pendidikan di TK : 2 Tahun
Kesulitan selama di TK :
Berkomuikasi kurang lancar
Masuk SD/MI umur : 6
Tahun
Kesulitan selama di
SD/MI :
Menangkap pelajaran lambat
Masuk SMP/MTs umur : -
Kesulitan selama di
SMP/Mts : -
Pernah tidak naik kelas
: 2
Tahun,kelas 1 SD Umum/Reguler kemudian pindah ke SDLBN
Pelayanan khusus yang
pernah diterima anak : 2 Kali pindah
kursus (Membaca,menulis, dan berhitung)
Prestasi belajar yang
dicapai : -
Mata Pelajaran yang
dirasa paling sulit : -
Mata Pelajaran yang dirasa
paling disenangi : -
Keterangan lain yang
dianggap perlu : Bisa
membaca huruf Hijaiyah sampai Iqra 3
3. Data Orang tua/ Wali Siswa
Nama Anak :
Muhammad Perdi
Nama Sekolah : SDLBN
LUMBU RAYA
Kelas :
V (5)
Identitas Orang tua/wali
Ayah :
1. Nama Ayah : Supian Hadi
2. Umur : 37 Tahun
3. Agama :
Islam
4. Status ayah : Kandung
5. Pendidikan
Tertinggi : SMP
6. Pekerjaan
Pokok : Tukang
Bangunan
7. Alamat
tinggal : Jl.A,
Yani Kupang Rantau
Ibu :
1. Nama Ibu : Halimatus
Sa’diah
2. Umur : 34 Tahun
3. Agama :
Islam
4. Status Ibu : Kandung
5. Pendidikan
Tertinggi : SD
6. Pekerjaan
Pokok : Ibu rumah
tangga
7. Alamat
tinggal : Jl.
Parigi Simbar RT 01 RW 02
Wali :
1. Nama : -
2. Umur : -
3. Agama :
-
4. Status
perkawinan : -
5. Pend.
Tertinggi :
-
6. Pekerjaan : -
7. Alamat :
-
8. Hubungan
Keluarga : -
Hubungan Orang tua – anak
1. Kedua orang
tua satu rumah :
Tidak
2. Anak satu
rumah dengan kedua orang tua :
Tidak
3. Anak diasuh
oleh salah satu orang tua :
Ya oleh Ibu
4. Anak diasuh
wali/saudara :
-
Sosial Ekonomi Orangtua
1. Jabatan formal ayah di
kantor (jika ada) :
-
2. Jabatan
formal ibu di kantor (jika ada) :
-
3. Jabatan
informal ayah di luar kantor (jika ada) : -
4. Jabatan
informal ibu di luar kantor (jika ada) :
-
5. Rata-rata
penghasilan (kedua orangtua) perbulan :
-
Tanggungan dan Tanggapan Keluarga
1. Jumlah anak :
2 Bersaudara
2. Ysb. Anak
yang ke :
1 (Pertama)
3. Persepsi
orang tua terhadap anak ysb. :
Sayang
4. Kesulitan
orang tua terhadap anak ysb. :
Memahami bicara anak
5. Harapan
orang tua terhadap pendidikan anak ysb. :
Memahami pelajaran disekolah
6. Bantuan yang
diharapkan orang tua untuk anak ysb .:
-
4. Alat Identifikasi
Petunjuk :
1.
Berikan tanda
cek (√) Pada pilihan Ya jika indikasi yang diamati muncul/tampak
2.
Berikan tanda
cek (√) Pada pilihan Tidak jika indikasi yang diamati tidak muncul/ tidak
tampak
Gejala yang Diamati
|
Ya
|
Tidak
|
|
Hambatan Intelektual (Tunagrahita)
|
|||
1
|
Ringan
|
||
|
a.
Memiliki
IQ 50-70 (dari WISC)
|
√
|
|
|
b.
Dua kali
berturut-turut tidak naik kelas
|
√
|
|
|
c.
Masih
mampu membaca, menulis dan berhitung sederhana
|
√
|
|
|
Perilaku
Adaftif
|
||
|
a.
Tidak
dapat berfikir secara abstrak
|
√
|
|
|
b.
Kurang
perhatian terhadap lingkungan
|
√
|
|
|
c.
Sulit
menyesuaikan diri dengan situasi (Interaksi sosial)
|
√
|
|
2
|
Sedang
|
||
|
a.
Memiliki
IQ 25-50 (dari WISC)
|
|
√
|
|
b.
Tidak
dapat berfikir secara abstrak
|
|
√
|
|
c.
Hanya
mampu membaca kalimat tunggal
|
|
√
|
|
Perilaku
Adaftif
|
||
|
a.
Mengalimi
kesulitan berhitung sekalipin sederhana
|
|
√
|
|
b.
Perkembangan
interaksi dan komonikasinya terlambat
|
|
√
|
|
c.
Mengalimi
kesulitan untuk beradaptasi deengan lingkungan yang baru (pemyesuain diri)
|
|
√
|
|
d.
Kurang
mampu untuk mengurus diri sendiri
|
|
√
|
3
|
Berat
|
||
|
a.
Memiliki
IQ 25-50 (dari WISC)
|
|
√
|
|
b.
Hnay
amampu membaca satu kata
|
|
√
|
|
c.
Sama
sekali tidak dapat berfikir secara abstrak
|
|
√
|
|
Perilaku
Adaftif
|
||
|
a.
Tidak
dapat melakukan kontak sosial
|
|
√
|
|
b.
Tidak
mampu mengurus diri sendiri
|
|
√
|
|
c.
Akan
banyak bergantung pada bantuan orang lain
|
|
√
|
Kesimpulan
Hasil Identifikasi
|
Berdasarkan
alat identifikasi, ternyata anak mengalami ketunagrahitaan Ringan
|
B. Hasil Asesmen
Hasil Asesmen Bina Diri (Keterampialan Merawat Diri)
INSTRUMEN ASESMEN BINA
DIRI
Petunjuk Pengisian Kolom Angka
Berilah Tanda Ceklis ( √ ) Pada :
Angka 4 Jika Anak Dapat Melakukan Sendiri
Angka 3 Jika Anak Dapat melakukan dengan sedikit pertolongan
Angka 2 Jika Anak Dapat Melakukan Dengan Pertolongan Seperlunya
Angka 1 Jika Anak Dapat Melakukan Dengan Pertolongan Sepenuhmya
Angka 0 Jika Anak Tidak Dapat Melakukan Sama Sekali
KOMPENEN
|
USIA MENTAL
|
POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
|
MATERI KEGIATAN
|
4
|
3
|
2
|
1
|
0
|
1. Makan Minum
|
12-14 Tahun
|
1.1. Makan
|
1.1.1. Menunggu dengan tenang sampai semua orang
yang diajak makan selesai bersama
|
|
|
|
|
√
|
1.1.2.
Mencuci tangan sebelum makan tanpa disuruh
|
|
|
√
|
|
|
|||
1.1.3.
Menyendok nasi
|
|
|
√
|
|
|
|||
1.1.4.
Memotong
|
|
|
√
|
|
|
|||
1.1.5.
Makan memakai sendok
|
|
|
√
|
|
|
|||
1.1.6.
Minum melalui pipa sedotan
|
|
√
|
|
|
|
|||
1.1.7.
Minum melalui sedotan
|
√
|
|
|
|
|
|||
1.1.8.
Minum dengan gelas
|
√
|
|
|
|
|
|||
1.1.9.
Minum dengan cangkir
|
√
|
|
|
|
|
|||
1.1.10.
Menuangkan air ke gelas/ cangkir dari tempatnya
|
|
√
|
|
|
|
|||
2. Berpakaian
|
|
2.1. Berhias
|
2.1.1. Dapat mengurus diri sendiri yang
berhubungan dengan berhias
|
|
|
√
|
|
|
2.1.2.
Menanggalkan celana panjang/ pendek
|
|
√
|
|
|
|
|||
2.1.3.
Memasang ikat pinggang
|
|
|
|
√
|
|
|||
2.1.4.
Memakai kutang/ BH (bagi wanita)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
2.1.5.
Memakai celana dalam
|
|
|
√
|
|
|
|||
2.1.6.
Memakai rok bawah (bagi wanita)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
2.1.7.
Memakai bando ( wanita), dasi(laki-laki)
|
|
|
|
√
|
|
|||
2.1.8. Mengenakan stocking ( wanita), kaos kaki (laki-laki)
|
|
|
√
|
|
|
|||
2.2.
Mengatur pakaian
|
2.2.1. Mengatur pakaian menurut waktu
penggunaannya
|
|
|
|
√
|
|
||
2.2.2.
Mengenakan pakaian malam
|
|
|
|
√
|
|
|||
2.2.3.
Mengenakan konde/harnet (bagi wanita)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
2.2.4.
Mengenakan kimono/ mantel tidur
|
|
|
|
|
√
|
|||
2.2.5.
Memakai jaket
|
|
√
|
|
|
|
|||
2.2.6.
Mengenakan mantel/jas hujan
|
|
|
√
|
|
|
|||
3. Kebersihan
|
|
3.1. Membersihkan pakaian
|
3.1.1. Membersihkan sepatu sendiri
|
|
|
|
|
√
|
3.1.2.
Menjaga kebersihan tas sekolah
|
|
|
√
|
|
|
|||
3.1.3.
Menjaga kebersihan tempat duduk, belajar
|
|
|
√
|
|
|
|||
4.Keselamatan
|
|
4.1. Menjaga kesehatan
|
4.1.1. Mengunjungi dokter bila sakit
|
|
|
|
√
|
|
4.1.2.
Minum obat sendiri
|
|
|
|
√
|
|
|||
4.1.3.
Mencuci muka/tangan
|
|
|
√
|
|
|
|||
4.1.4.
Membersihkan diri setelah buang air besar
|
|
√
|
|
|
|
|||
4.1.5.
Mengggosok gigi
|
|
√
|
|
|
|
|||
4.1.6.
Membersihkan rambut
|
|
|
√
|
|
|
|||
4.1.7.
Menggunting kuku
|
|
|
√
|
|
|
|||
4.2.Berpergian
|
4.2.1. Dapat memilih jenis kendraan sesuai dengan
kebutuhan
|
√
|
|
|
|
|
C. Analisis
Hasil Identifikasi dan Asesmen
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan keluarga
anak baru diketahui mengalami hambatan intelektual ketika anak berusia 9 tahun.
Sang Ibu mengatakan bahwa anaknya mengalami hambatan pada bahasa/ berbicara,
tidak lancar. Sang Ibu pada awalnya hanya mengira bahwa sang anak hanya
mengalami keterlambatan bicara namun setelah sang Ibu mengkursuskan sang Anak
selama 5 bulan masih tidak ada kemajuan kemudian sang Anak dipindah tempat
kursus untuk yang kedua kalinya namun tetap tidak membuahkan hasil. Anak tidak
naik kelas selama 2 tahun di sekolah negeri kemudian sang Ibu memindahkan
sekolah ke SDLBN LUMBU RAYA. Setelah dilakukan identifikasi dan asesmen
ternyata sang anak mengalami ketunagrahitaan ringan (C) yang kemungkinan
disebabkan pada waktu kelahiran yang dimana si anak waktu bayi, setelah lahir
mengalami kesulitan bernafas dan 3 jam kemudian si bayi/anak mengalami Step.
Dari hasil
identifikasi dan asesmen, dalam hal mengurus diri Perdi melakukan dengan
pertolongan seperlunya. Untuk makan Perdi dapat melakukan sendiri, sedikit
pertolongan dan pertolongan seperlunya. Namun terkadang sebelum makan Perdii
sangat jarang untuk mencuci tangan, Perdi akan melapkan tangan nya
kesembarangtempat apabila ia ingin makan.
Oleh sebab itu maka
rancangan program bina diri yang akan di implementasikan kepada Perdi adalah
Memcuci Tangan.
BAB V
RANCANGAN PROGRAM BINA DIRI
RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN BINA DIRI
MENGURUS DIRI
Satuan
Pendidikan : SDLB-C
Bidang
Pengembangan : Merawat diri
Waktu : 2 x 35 menit
A.
Kompetensi
Mampu mencuci tangan dengan cara yang benar
B.
Indikator
1. Menyebutkan peralatan Mencuci
tangan
2. Menjelaskan manfaat Mencuci
tangan
3. Mendemostrasikan cara Mencuci
tangan
C.
Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Jangka Panjang
Anak mampu Mencuci tangan secara
mandiri
2. Tujuan Jangka Pendek
Anak mampu Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
D.
Pendekatan, Strategi, dan Metode
1. Pendekatan: individual
2. Strategi: strategi pembelajaran langsung
3. Metode: demonstrasi, tanya jawab, tugas, latihan dan praktik langsung
E.
Materi Pelajaran
Mencuci tangan
F.
Sumber, dan Media/ Alat
1. Air (keran/wastafel)
2. Sabun
3. Lap/handuk
4. Video animasi
G.
Pelaksanaan Program
Pembelajaran
|
Waktu
|
Aktivitas Guru
|
Aktivitas Siswa
|
Kegiatan Awal
|
10 menit
|
|
|
Guru meminta
anak untuk duduk dengan tenang
|
Duduk dengan
tenang
|
||
|
|
||
Guru
mengucapkan salam
|
Menjawab
salam
|
||
|
|
||
Guru meminta
anak berdo’a
|
Membaca do’a
|
||
Guru
menanyakan kabar anak
|
Anak
menyatakan kabarnya
|
||
Guru
memberitahukan kegiatan yang akan dilakukan
|
Anak
memperhatikan guru yang memberitahukan kegiatan
|
||
Kegiatan Inti
|
|
|
|
50 menit
|
Guru
menyebutkan nama-nama peralatan mencuci
tangan (air, sabun dan lap/handuk)
|
Menyimak
penjelasan guru
|
|
Guru meminta
anak menyebutkan kembali nama-nama mencuci tangan
|
Menyebutkan
kembali nama-nama mencuci tangan
|
||
Guru
menjelaskan manfaat mencuci tangan
|
Menyimak
penjelasan guru
|
||
Guru
menampilkan video animasi tentang mencuci
tangan
|
Menyimak
video animasi yang
ditampilkan.
|
||
Guru
mendemonstrasikan cara mencuci tangan
|
Mencuci tangan sesuai dengan instruksi guru.
|
||
Mengkondisikan
siswa untuk mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan
|
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
|
||
Kegiatan
Akhir
|
10 menit
|
Menyimpulkan
pembelajaran mengenai Mencuci
tangan
|
Memberi umpan
balik
|
|
|
||
Guru mengajak
anak untuk membaca do’a
|
Membaca do’a.
|
||
|
J. Penilaian
Petunjuk pengisian
pada kolom angka.
Berilah tanda
ceklis (√) pada:
a. Angka 4 jika
peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara lancar
b. Angka 3 jika
peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c. Angka 2 jika
peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d. Angka 1 jika peserta didik jika melakukan
dengan bantuan verbal dan fisik
No
|
Tahap Kegiatan
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
|
|
|
|
2.
|
Mengambil
sabun
|
|
|
|
|
3.
|
Menggosok
tangan dan sela-sela jari satu per satu
|
|
|
|
|
4.
|
Mengembalikan
sabun
|
|
|
|
|
5.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
|
|
|
|
6.
|
Mengeringkan
tangan dengan lap atau handuk
|
|
|
|
|
Jumlah
Perolehan
|
|
|
|
|
Penetapan Level
Kinerja
a.
Perhitungan Skor

b.
Kriteria Penilaian
>87,5%-100%
= Sangat baik
>62,5%-87,5%=
Baik
>37,5%-62,5%=
Cukup
<25%-37,5% =
Kurang
BAB VI
HASIL
IMPLEMENTASI PROGRAM BINA DIRI
A. Penilaian dalam Implementasi Program Bina Diri
Mencuci Tangan
1. Penilaian Setiap Pertemuan
PERTEMUAN 1
Hari : Selasa,8 Mei 2018
Tempat : Rantau
Petunjuk
pengisian pada kolom angka.
Berilah tanda ceklis (√) pada:
a. Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara
lancar
b. Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c. Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d. Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan
fisik
No
|
Tahap Kegiatan
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
|
|
|
√
|
2.
|
Mengambil
sabun
|
|
|
|
√
|
3.
|
Menggosok
tangan dan sela-sela jari satu per satu
|
|
|
|
√
|
4.
|
Mengembalikan
sabun
|
|
|
|
√
|
5.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
|
|
|
√
|
6.
|
Mengeringkan
tangan dengan lap atau handuk
|
|
|
|
√
|
Jumlah
Perolehan
|
|
|
|
6
|
Penetapan
Level Kinerja
a. Perhitungan Skor


b.
Kriteria Penilaian
>87,5%-100%
= Sangat baik
>62,5%-87,5%=
Baik
>37,5%-62,5%=
Cukup
<25%-37,5%
= Kurang
PERTEMUAN 2
Hari : Rabu, 9 Mei 2018
Tempat :
Rantau
Petunjuk
pengisian pada kolom angka.
Berilah tanda ceklis (√) pada:
a. Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara
lancar
b. Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c. Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d. Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan
fisik
No
|
Tahap Kegiatan
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
|
|
√
|
√
|
2.
|
Mengambil
sabun
|
|
|
√
|
√
|
3.
|
Menggosok
tangan dan sela-sela jari satu per satu
|
|
|
√
|
√
|
4.
|
Mengembalikan
sabun
|
|
|
√
|
√
|
5.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
|
|
√
|
√
|
6.
|
Mengeringkan
tangan dengan lap atau handuk
|
|
|
√
|
√
|
Jumlah Perolehan
|
|
|
12
|
6
|
Penetapan
Level Kinerja
a.
Perhitungan Skor


b.
Kriteria Penilaian
>87,5%-100%
= Sangat baik
>62,5%-87,5%=
Baik
>37,5%-62,5%=
Cukup
<25%-37,5% =
Kurang
PERTEMUAN 3
Hari : Senin, 14 Mei 2018
Tempat :
Rantau
Petunjuk
pengisian pada kolom angka.
Berilah tanda ceklis (√) pada:
a. Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara
lancar
b. Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c. Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d. Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan
fisik
No
|
Tahap Kegiatan
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
|
√
|
|
√
|
2.
|
Mengambil
sabun
|
|
|
√
|
√
|
3.
|
Menggosok
tangan dan sela-sela jari satu per satu
|
|
|
√
|
√
|
4.
|
Mengembalikan
sabun
|
|
√
|
|
√
|
5.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
|
√
|
|
√
|
6.
|
Mengeringkan
tangan dengan lap atau handuk
|
|
|
√
|
√
|
Jumlah Perolehan
|
|
9
|
6
|
6
|
Penetapan Level Kinerja
a.
Perhitungan Skor


b.
Kriteria Penilaian
>87,5%-100% = Sangat baik
>62,5%-87,5%= Baik
>37,5%-62,5%= Cukup
<25%-37,5% = Kurang
PERTEMUAN 4
Hari : Selasa, 15 Mei 2018
Tempat :
Rantau
Petunjuk
pengisian pada kolom angka.
Berilah tanda ceklis (√) pada:
a. Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara
lancar
b. Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c. Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d. Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan
fisik
No
|
Tahap Kegiatan
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
√
|
|
|
√
|
2.
|
Mengambil
sabun
|
|
√
|
|
√
|
3.
|
Menggosok
tangan dan sela-sela jari satu per satu
|
|
√
|
|
√
|
4.
|
Mengembalikan
sabun
|
√
|
|
|
√
|
5.
|
Menyiram
tangan dengan air
|
√
|
|
|
√
|
6.
|
Mengeringkan
tangan dengan lap atau handuk
|
|
√
|
|
√
|
Jumlah Perolehan
|
12
|
9
|
|
6
|
Penetapan Level Kinerja
a.
Perhitungan Skor


b.
Kriteria Penilaian
>87,5%-100% = Sangat baik
>62,5%-87,5%= Baik
>37,5%-62,5%= Cukup
<25%-37,5%
= Kurang
2. Hasil Penilaian Pelaksanaan Program Bina Diri
Secara Keseluruhan
Aspek
|
Kompetensi
|
Indikator
|
Kemampuan
|
Diskripsi Kemampuan
|
Hasil Akhir
|
Merawat Diri
|
Mampu mencuci tangan dengan cara yang
benar
|
Anak mampu mencuci tangan
|
a.
Pertemuan 1
Kemampuan anak dalam mencuci tangan menunjukkan 25 % sehingga anak termasuk dalam kriteria
penilaian Kurang
|
Anak masih dibantu dengan bantuan fisik dan verbal.
|
Keterngan :
Kesimpulan dilihat
dari hasil pertemuan terakhir anak tlah mampu melakukan secara madiri, walau
pun masih ada dibantu secara verbal. Untuk mencuci tangan anak sudah mencapai peningkatan.
|
b.
Pertemuan 2
Kemampuan anak dalam mencuci
tangan menunjukkan
50 % sehingga anak
termasuk dalam kriteria penilaian C = Cukup
|
Anak Anak dibantu secra fisik
|
||||
c. Pertemuan 3
Kemampuan anak dalam mencuci
tangan menunjukkan 62.5 % sehingga anak termasuk dalam kriteria penilaian C = Cukup
|
Anak dibantu ada yang secara fisik dan ada yang secaraverbal
|
||||
d.
Pertemuan
4
Kemampuan anak dalam mencuci
tangan menunjukkan 87.5 % sehingga anak termasuk dalam kriteria penilaian B= Baik
|
Anak mampu melakukan secara madiri dan ada yang dibantu secara verbal
|
B.
Analisis Perkembangan Pencapaian Pelaksanaan Implementasi
Program Bina Diri
Pada hari pertama kami akan melakukan program bina
diri, tepatnya pada hari Selasa (08 Mei 2018), sesampainya di sekolah saya
melakukan pendekatan pada anak dengan mengajaknya berkomunikasi sebagai awal
perkenalan. Setelah itu, saya mulai melakukan kegiatan program bina diri.
Sebelum saya melakukan demonstrasi kepada anak kami menunjukkan video animasi
tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar. Setelah itu, saya berperan
sebagai Ibu Guru yang mengajarkan anak bagaimana cara mengenakan sepatu sesuai
dengan rancangan yang telah dibuat. Perdi memperhatikan dengan baik instruksi
yang telah diberikan, walaupun terkadang perhatian Perdi teralihkan ke luar
kelas yang dimana saat itu teman-temannya sedang latihan menari. Kemudian kami
mengajak anak mempraktekkannya sambil mengajarinya cara yang benar dalam
memasukkan kaki ke dalam sepatu yang sesuai dengan pasangannya. Dalam beberapa
intruksi Perdi dapat mengikutinya.
Pada hari kedua saya melakukan program bina diri
pada hari selanjutnya yaitu hari Rabu (09 Mei 2018).Dalam memcuci tangan anak
masih memerlukan bantuan fisik. Sayapun kembali menjelaskan lebih dalam
mengenai cara mencuci tangan.
Kemudian pada hari ketiga saya melakukan program
bina diri pada hari selanjutnya yaitu hari Senin (14 Mei 2018), anak Masih
dibantu secara Fisik dan secara verbal.
Di hari ke empat saya melakukan program bina diri
pada hari selanjutnya yaitu hari Selasa (14 Mei 2018), anak telah mampu
melakukan cara-cara memcuci tangan secara mansidi, walaupun ada beberap anak
dibantu dengan verbal.
Jadi, tujuan rancangan program bina diri yang telah
tercapai yaitu tujuan jangka pendek. Anak telah mampu memcuci tangan secara
benar. Awalnya, anak hanya mampu dengan dibantu secara fisik dan ferbal,
sekarang anak sudah dapat mencuci tangan sendiri meskipun kadang ia masih
dibantu secara verbal.
C. Analisis Kendala
Selama Implementasi Pelaksanaan Program
Bina Diri
Sebenarnya tidak ada
kendala yang berarti dalam melaksanakan rancangan program bina diri yang kami
berikan terhadap anak, karena anak bisa untuk berinteraksi sehingga saya dapat memberikan pembelajaran dengan lancar. Hanya saja keterbatasan
anak dalam berbahasa dan konsentrasinya mudah teralihkan, sedikit menjadi hambatan dikarenakan anak lebih terbiasa makan tanpa cuci
tangan, sehingga anak dibantu secatra verbal.
BAB VII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Program
pengembangan diri merupakan hal yang sangat penting untuk mengantarkan peserta
didik tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya, sehingga perlu
dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan. Banyak faktor pendukung
yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan program ini, antara lain
adalah faktor guru yang perlu mengenal, memahami dan terampil dalam
mengembangkan diri peserta didik tunagrahita. Oleh karena itu maka guru sebagai
pemegang kunci utama dalam penyelenggaraan program ini perlu dibekali
kompetensi yang lebih spesifik dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai
serta mengevaluasi progran pengembangan
diri.
Faktor
pendukung lainnya adalah prasarana yang memadai atau ruang pengembangan diri
yang dapat dijadikan tempat kegiatan, sarana atau perlengkapan serta media atau
alat-alat pengembangan diri yang perlu disediakan secara lengkap sesuai dengan
kebutuhan peserta didik tunagrahita.
B.
Saran
Saya sadar bahwa dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Wardani, IG.A.K dkk. 2007. Pengantar Pendidikan
Luar Biasa. Jakarta : Universitas Terbuka.
Somantri, T.
Sutjihati. 2012. Psikologi Anak Luar
Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.
Makalah Anak Tuna Grahita. diunduh 23-3-2018
Sulaeman, Aziz dkk. 2015. Makalah Laporan Observasi. diunduh 21-9-2017
Munira, Laila. 2014. Makalah Identifikasi
Anak Berkebutuhan Khusus. diunduh 21-9-2017
Kajian Teori Anak Tunagrahita. google pdf. diunduh 21-9-2017
LAMPIRAN








Komentar
Posting Komentar