TUNAGRAHITA


TUNAGRAHITA

 





Kelas
D3

Disusun Oleh :
Isnani Jam’ Iatul Husna

NIM :
1610127720028
           

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
BANJARMASIN
2018


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Anak Tunagrahita sebagaimana anak pada umumnya memiliki hak dan kebutuhan untuk berkembang atau mengaktualisasikan potensinya sehingga dapat hidup mandiri. Namun dalam rangka pemenuhan hal-hal tersebut tentu saja mengalami hambatan karena keterbatasan fungsi kecerdasan intelektualnya yang berada di bawah usia kronologisnya secara signifikan. Karena itu anak tunagrahita memperlihatkan aktualisasi fungsi intelektual, kemampuan dalam perilaku adaptif di bawah usianya, dan termanifestasi dalam masa perkembangannya.
Akibat dari ketiga hal tersebut anak tunagrahita memilik ciri-ciri, permasalahan, dan kebutuhan khusus yang tentu saja memerlukan layanan khusus agar ia dapat berkembang optimal sehingga pada akhirnya dapat hidup layak di masyarakat. Ciri-ciri khusus anak tunagrahita seperti: sulit mempelajari hal-hal abstrak, cepat lupa, miskin konsentrasi, kurang mampu memelihara kesehatan, kurang koordinasi motorik, dan lain-lain.
Oleh karena itu anak tunagrahita pun mengalami kesulitan dalam belajar melalui pengamatan termasuk belajar membina keterampilan hidup sehari-sehari (dikenal dengan kemampuan bina diri). Persoalan bina diri dapat dipelajari anak normal melalui pengamatan (proses imitasi) tetapi untuk anak tunagrahita justru sebaliknya harus diajarkan secara rutin, terprogram, rinci, dengan alat khusus karena keterbatasan pengamatannya. Sebagai contoh, seorang anak kecil normal secara spontan memegang sisir dan menyisir rambutnya karena sering melihat ibunya atau orang dewasa disekelilingnya menyisir rambut. Hal ini tidak dapat dilakukan anak tunagrahita karena keterbatasan dalam pengamatan, dan cepat lupa. Ketidak mampuan melakukan bina diri menyebabkan mereka diisolir oleh lingkungan.
Sebagai upaya mengatasi hambatan perilaku adaptif bagi peserta didik tunagrahita dikembangkan Program Pengembangan Diri (PPD). Program pengembangan diri bagi tunagrahita meliputi: keterampilan merawatdiri, keterampilan menjaga keselamatan dan kesehatan, keterampilan berkomunikasi, keterampilan  bersosialisasi, keterampilan bekerja, dan keterampilan menggunakan waktu luang di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. PPD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik tunagrahita dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan kehidupan dirinya sendiri sehingga mereka tidak membebani orang lain.
Dalam pelaksanaan program  pengembangan diri perlu adanya standar kemampuan untuk dapat mencapai kemampuan minimal yang menggambarkan keterampilan yang dicapai, hal ini sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari atau pengembangan diri peserta didik tunagrahita.

B.     Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Kompensatoris Tunagrahita
2. Untuk mengetahui cara membuat program bina diri tunagrahita.












BAB II
KAJIAN TEORI


A.                          ANAK TUNAGRAHITA

Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Menurut Efendi anak tunagrahita adalah “anak yang mengalami taraf kecerdasan yang rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangan ia sangat membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus”.
Definisi lain yang diterima secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan oleh Grossman yang secara resmi digunakan AAMD (American Association of Mental Deficiency) yaitu ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung pada masa perkembangan.
Menurut Hj.T.Sutjihati Somantri, anak tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan, sehingga tidak mencapai perkembangan yang optimal. Sedangkan menurut Bratanata, seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika anak tuna grahita memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.
Banyak terminologi (istilah) yang digunakan untuk menyebut mereka yang kondisi kecerdasannya dibawah rata-rata. Dalam bahasa Indonesia, istilah yang pernah digunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, reterdasi mental, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa asing (Inggris) dikenal dengan istilah mental retardation, mental deficiency, mentally handicapped, feebleminded, mental subnormality, intellectually handicapped dan intellectually disabled.
Istilah-istilah tersebut dapat dijelaskan :
a)             Mental Retardation
Banyak digunakan di Amerika Serikat dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai terbelakang mental.
b)             Febbleminded (Lemah Pikiran)
Digunakan di Inggris untuk melukiskan kelompok tunagrahita ringan.
c)             Mental Subnormality
Digunakan di Inggris pengertiannya sama seperti Mental Retardation.
d)            Mental Deficiency
Menunjukan kapasitas kecerdasan yang menurun akibat penyakit yang menyerang organ tubuh.
e)             Mentally Handicapped
Dalam bahas Indonesia dikenal dengan istilah cacat mental.
f)              Intellectually Handicapped
Merupakan istilah yang banyak digunakan New Zealand.
g)             Intellectually Disabled
Istilah ini banyak digunakan oleh PBB.
Beragamnya istilah yang digunakan disebabkan oleh perbedaan latar belakang keilmuan dan kepentingan para ahli yang mengemukakannya. Namun demikian, semua istilah tersebut tertuju pada pengertian yang sama, yaitu menggambarkan kondisi terlambat dan terbatasnya perkembangan kecerdasan seseorang sedemikian rupa jika dibandingkan dengan rata-rata atau anak pada umumnya disertai dengan keterbatasan dalam perilaku penyesuaian. Kondisi ini berlangsung pada masa perkembangan. 
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah berikut ini :
a.    Fungsi intelektual umum secara signifikan berada dibawah rata-rata, maksudnya bahwa kekurangan itu harus benar-benar meyakinkan sehingga yang bersangkutan memerlukan layanan pendidikan khusus. Sebagai contoh, anak normal rata-rata mempunyai IQ (Intelligency Quetient) 100, sedangkan anak tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70.
b.    Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adatif), maksudnya bahwa yang bersangkuta tidak/kurang memiliki kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan usiannya. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan oleh anak usianya lebih muda darinya.
c.    Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan, maksudnya adalah ketunagrahitaan itu terjadi pada usia perkembangan yaitu, sejak konsepsi hingga usia 18 tahun.
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa untuk dikategorikan sebagai penyandang tunagrahita, seseorang harus memiliki ketiga ciri-ciri tersebut. Apabila seseorang hanya memiliki salah satu dari ciri-ciri tersebut maka yang bersangkutan belum dapat dikategorikan sebagai penyandang tunagrahita.
Klasifikasi Anak Tunagrahita
Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan untuk mempermudah guru dalam menyusun program dan melaksanakan layanan pendidikan. Pengklasifikasian ini pun bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu maupun perubahan pandangan terhadap keberadaan anak tunagrahita. Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah sebagai berikut :
1.  Mild mental retardation (tunagrahita ringan) IQ-nya 70-55
2.  Moderate mental retartadion (tunagrahita sedang) IQ-nya 55-40
3.  Severe mental retardation (tunagrahita berat) IQ-nya 40-25
4.  Profound mental retardation (sangat berat) IQ-nya 25 ke bawah
Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72 Tahun 1991 adalah sebagai berikut :
1. Tunagrahita ringan IQ-nya 50-70,
2. Tunagrahita sedang IQ-nya 30-50,
3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30.
Permasalahan Anak Tunagrahita
1)      Masalah Kesulitan dalam Kehidupan Sehari-hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi keterbatasan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan apalagi yang termasuk dalam kategori berat. Seperti: Cara makan, menggosok gigi, memakai baju, memasang sepatu, dan lain-lain.
2)      Masalah Kesulitan Belajar
Masalah-masalah yang sering dirasakan dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar diantaranya: Kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan dalam belajar atau berdiskusi dengan baik, kemampuan berpikir abstrak yang terbatas dan daya ingat yang lemah.
3)      Masalah Penyesuaian Diri
Masalah ini berkaitan dengan masalah atau kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu disekitarnya. Karena tingkat kecerdasan anak tunagrahita jelas-jelas berada dibawah rata-rata (normal) maka dalam kehidupan bersosisalisasi mengalami hambatan. Disamping itu mereka ada kecenderungan diisolir (dijauhi) oleh lingkungannya, baik oleh masyarakat ataupun keluarganya.
4)      Masalah Penyaluran ke Tempat kerja
Kehidupan anak tunagrahita cukup memprihatinkan. Setelah selesai mengikuti program pendidikan ternyata masih banyak yang sangat menggantungkan diri dan membebani kehidupan keluarga. Diharapkan pihak sekolah lebih banyak meningkatkan kegiatan non-akademik yang nantinya dapat membekali mereka untuk terjun ke masyarakat sebagai individu yang mandiri.
5)      Masalah Kepribadian dan Emosi
Memahami akan kondisi karakteristik mentalnya, Nampak jelas bahwa anak tunagrahita kurang memiliki kemampuan berfikir, keseimbangan pribadinya kurang stabil. Dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari, seperti: berdiam diri berjam-jam lamanya, gerakan yang hiperaktif, mudah marah dan tersinggung, mengganggu orang lain disekitarnya dan lain-lain.
6)      Masalah Pemanfaatan Waktu Luang
Wajar jika anak tunagrahita sering menampilkan tingkah laku nakal atau jail. Untuk mengimbangi kondisi ini sangat perlu adanya imbangan kegiatan dalam waktu luang, sehingga mereka dapat terjauhkan dari kondisi yang berbahaya, dan pula tidak sampai menggangu ketenangan masyarakat maupun keluarganya sendiri.
B.       BINA DIRI TUNAGRAHITA
Prinsip umum pelaksanaan pembelajaran pengembangan bina diri yaitu: assesmen: menemukan hal-hal yang sudah dan belum dimiliki anak dalam berbagai hal dan menemukan kebutuhan anak, keselamatan (safety), kehati-hatian (poise), kemandirian (independent), percaya diri (confident), tradisi yang berlaku di sekitar anak berada (traditional manner), sesuai dengan usia (in appropriate), modifikasi alat dan cara, analisa tugas (task analysis). Selain itu, Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita sebagai berkut:
1.         Prinsip fungsional bina diri: layanan yang diberikan dalam bentuk latihan-latihan fungsi otot dan sendi, tujuan untuk meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi agar mencapai kemampuan gerak yang optimal.
2.         Prinsip supportif bina diri: latihan atau pembinaan untuk meningkatkan motivasi, dan percaya diri bahwa dirinya mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan, tujuan hal tersebut adalah menanamkan rasa percaya diri dan motivasi sehingga mempunyai keyakinan bahwa hambatan yang dialaminya tidak menjadi hambatan untuk berprestasi.
3.         Prinsip evaluasi bina diri: kegiatan layanan atau pembinaan secara terstruktur dan dengan standar perkembangan atau kemampuan standar normal.
4.         Prinsip Activity of Daily Living: pembinaan atau latihan yang diberikan mengacu kepada segala aktiitas yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.
Ruang lingkup pengembangan bina diri bagi anak tunagrahita meliputi keterampilan merawat diri, mengurus diri, menolong diri, bekomunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan menggunakan waktu luang (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).
Pelaksanaan pengembangan bina diri haruslah berorientasi pada kebutuhan peserta didik tunagrahita, memperhatikan lingkungan yang kondusif, menggunakan pembelajaran terpadu, mengembangkan keterampilan hidup/kecakapan hidup, menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan kemampuan peserta didik tunagrahita. Sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat berjalan secara optimal sesuai dengan yang diharapkan dimulai dengan kesiapan peserta didik dalam menerima latihan, belajar dalam keadaan nyaman dan diusahakan peserta didik dibawa dalam kondisi yang kongkrit dan nyata supaya pengalaman belajar yang didapat peserta didik utuh dan menyeluruh, latihan diberikan berdasarkan tahapan tugas (task analisys), berikan penguatan berupa pujian dan lainnya, latihan dilakukan secara berulang-ulang. Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran bina diri bersifat perbaikan tingkah laku (behavior modification).
Teknik yang perlu dilakukan dalam pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita adalah sebagai berikut:
1.         Memberi contoh (modelling), menunjukkan kepada anak apa yang harus dikerjakan
2.         Menuntun/mendorong (promting), melakukan atau mengatakan sesuatu untuk membantu anak agar dapat mengerti apa yang harus dilakukan
3.         Mengurangi tuntunan (fading), ialah mengurangi tuntunan secara bertahap sejalan dengan keberhasilan siswa
4.         Pentahapan (shaping), ialah membagi kegiatan dalam beberapa pentahapan, dimulai dari yang mudah ke yang sukar.
5.         Prosedur pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita Pelaksanaan program pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita perlu memperhatikan rambu-rambu, sebagai berikut.
6.         Pengembangan diri dibuat tidak berdasarkan jenjang, satuan pendidikan, dan tingkatan kelas. Program pengembangan diri disusun berdasarkan hasil asesmen.
7.         Metode, alat pengembangan atau pembelajaran, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada guru.
8.         Proses pengembangan dilaksanakan dengan mengutamakan aspek motorik dan psikomotor.
9.         Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara berurutan, tetapi guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Rambu-rambu pelaksanaan program pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita sebagai berikut.
1.  Pengembangan diri dibuat tidak berdasarkan  jenjang, satuan pendidikan, dan tingkatan kelas. Program pengembangan diri disusun berdasarkan hasil asesmen.
2.  Metode, alat pengembangan atau pembelajaran, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada guru.
3.  Proses pengembangan dilaksanakan dengan mengutamakan aspek motorik dan psikomotor.
4.  Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara berurutan, tetapi guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN PROGRAM BINA DIRI

A.    Prosedur Pelaksaaan Program Bina Diri
Pengembangan diri dilaksanakan secara terprogram dan sesuai  dengan kemampuan peserta didik tunagrahita.  Prosedur pelaksanaan pengembangan diri dimulai dengan asesmen. Asesmen digunakan untuk mengetahui kemampuan saat ini dari individu peserta didik tunagrahita dalam aspek-aspek pengembangan diri. Hasil assemen ini didokumentasikan kedalam profil individu peserta didik. Berdasarkan profil ini dilakukan analisis terkait dengan kompetensi dan indikator program pengembangan diri. Berdasarkan hasil analisis ini dapat ditetapkan prioritas kompetensi yang akan dicapai dalam satu semester ke depan. Alur selanjutnya sesuai dengan bagan alur berikut, yaitu dilakukan perencanaan kegiatan pengembangan diri, pelaksanaan dan penilaian. Pada tahap penilaian sekaligus memberi informasi balikan sebagaimana tahapan asesmen. Bagian ahir dari prosedur kegiatan pengembangan diri adalah pembuatan laporan. Lebih lanjut dapat dilihat pada gambar alur berikut ini.
B.     Jadwal Pelaksanaan Program Bina Diri
Pelaksanaaan program bina diri akan dilaksanakan pada tahun 2018.Waktu pelaksaan akan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : Tahap identifikai, asesmen, dan pelaksanaan program bina diri. Adapun penjabarannya pada tabel dibawah ini :
No
Hari, tanggal
Waktu
Program
1.
Kamis, 03 Mei 2018
09.00-12.00
Observasi
2.
Jum’at, 04 Mei 2018
09.00-11.00
Identifikasi
3.
Sabtu, 05 Mei 2018
10.00-11.30
Asesmen
4.
Senin, 07 Mei 2018
10.00-11.30
Asesmen
5.
Selasa, 08 Mei 2018
10.00-11.30
Program
6.
Rabu, 09 Mei 2018
10.00-11.30
Program
7.
Senin, 14 Mei 2018
10.00-11.30
Program
8.
Selasa, 15 Mei 2018
10.00-11.30
Program















BAB IV
DESKRIPSI HASIL IDENTIFIKASI DAN ASESMEN

A.  Hasil Identifikasi
1.    Identifikasi Anak
 Identitas Peserta Didik :
1.    Nama                                                             : Muhammad Perdi
2.    Tempat dan tanggal lahir/umur          : Rantau, 07-Juli- 2004
3.    Jenis kelamin                                                 : Laki-laki
4.    Agama                                               : Islam
5.    Status anak                                        : Kandung
6.    Anak ke dari jumlah saudara                         : 1 dari 2 bersaudara
7.    Nama sekolah                                                : SDLBN LUMBU RAYA
8.    Kelas                                                             : V (5)
9.    Alamat                                               : Jl.Parigi Simbar RT 01 RW 02
Desa Parigi
Kecamatan Bakarangan
Kabupaten Tapin
Riwayat Kelahiran :
1.    Perkembangan masa kehamilan         : Normal
2.    Penyakit pada masa kehamilan                     : -
3.    Usia kandungan                                 : 9 Bulan 10 Hari
4.    Riwayat proses kelahiran                   : Normal
5.    Tempat kelahiran                               : Di rumah
6.    Penolong proses kelahiran                 : Bidan Desa.
7.    Gangguan pada saat bayi lahir                      : Kesulitan Bernafas
8.    Berat bayi                                          : 3,2 Kg
9.    Panjang bayi                                      : 50 cm
10.                   Tanda-tanda kelainan pada bayi          : 3 jam setelah kelahiran mengalami step (demam kejang-kejang)
Perkembangan Masa Balita :
1.    Menetek ibunya hingga umur                                    : 2 Tahun
2.    Minum susu kaleng hingga umur                   : -
3.    Imunisasi (lengkap/tidak)                              : Lengkap
4.    Pemeriksaan/penimbangan rutin/tdk              : Rutin
5.    Kualitas makanan      : .Usia 3 Bulan sudah diberi makan bubur (sun)
6.    Kuantitas makan                                            : Lancar
7.    Kesulitan makan (ya/tidak)                            : Tidak
Perkembangan Fisik :
1.    Dapat berdiri pada umur                                : 9 Bulan
2.    Dapat berjalan pada umur                             : 10 Bulan
3.    Naik sepeda roda tiga pada umur                  : -
4.    Naik sepeda roda dua pada umur                  : -
5.    Bicara dengan kalimat lengkap                      : 10 Tahun
6.    Kesulitan gerakan yang dialami                     : -
7.    Status Gizi Balita (baik/kurang)                     : Baik
8.    Riwayat kesehatan (baik/kurang)                   : Baik
9.    Penggunaan tangan dominan                                     : Kiri
Perkembangan Bahasa :
1.    Meraba/berceloteh pada umur           : ± 3 Tahun
2.    Mengucapkan satu suku kata yang bermakna kalimat (mis. Pa berarti bapak) pada umur           : ± 3 Tahun
3.    Berbicara dengan satu kata bermakna pada umur                    : 5 Tahun
4.    Berbicara dengan kalimat lengkap sederhana pada umur      : 10 Tahun
 Perkembangan Sosial :
1.    Hubungan dengan saudara                : Baik
2.    Hubungan dengan teman                   : Baik
3.    Hubungan dengan orangtua               : Baik
4.    Hobi                                                  : Bulu Tangkis dan Volly
5.    Minat khusus                                                 : Main ORARI
2.    Perkembangan Pendidikan Anak
Masuk TK umur                                                             : 4 Tahun
Lama Pendidikan di TK                                                 : 2 Tahun
Kesulitan selama di TK                                      : Berkomuikasi kurang lancar
Masuk SD/MI umur                                            : 6 Tahun
Kesulitan selama di SD/MI                                 : Menangkap pelajaran lambat
Masuk SMP/MTs umur                                       : -
Kesulitan selama di SMP/Mts                             : -
Pernah tidak naik kelas                                      : 2 Tahun,kelas 1 SD Umum/Reguler kemudian pindah ke SDLBN
Pelayanan khusus yang pernah diterima anak    : 2 Kali pindah kursus (Membaca,menulis, dan berhitung)
Prestasi belajar yang dicapai                                : -
Mata Pelajaran yang dirasa paling sulit                : -
Mata Pelajaran yang dirasa paling disenangi        : -
Keterangan lain yang dianggap perlu                   : Bisa membaca huruf Hijaiyah sampai Iqra 3

3.    Data Orang tua/ Wali Siswa
Nama     Anak                                       : Muhammad Perdi
 Nama Sekolah                                       : SDLBN LUMBU RAYA
 Kelas                                                     : V (5)
Identitas Orang tua/wali
Ayah :
1.  Nama Ayah                             : Supian Hadi
2.  Umur                                       : 37 Tahun
3.  Agama                                                 : Islam
4.  Status ayah                              : Kandung
5.  Pendidikan Tertinggi                : SMP
6.  Pekerjaan Pokok                      : Tukang Bangunan
7.  Alamat tinggal                          : Jl.A, Yani Kupang Rantau   
Ibu :
1.  Nama Ibu                                 : Halimatus Sa’diah
2.  Umur                                       : 34 Tahun
3.  Agama                                      : Islam
4.  Status Ibu                                 : Kandung
5.  Pendidikan Tertinggi                : SD
6.  Pekerjaan Pokok                      : Ibu rumah tangga  
7.  Alamat tinggal                          : Jl. Parigi Simbar RT 01 RW 02  
Wali :
1.  Nama                                       : -
2.  Umur                                       : -
3.  Agama                                                 : -
4.  Status perkawinan                    : -
5.  Pend. Tertinggi                                     : -
6.  Pekerjaan                                 : -
7.  Alamat                                    : -                                            
8.  Hubungan Keluarga                 : -
Hubungan Orang tua – anak
1.  Kedua orang tua satu rumah                                        : Tidak
2.  Anak satu rumah dengan kedua orang tua                   : Tidak
3.  Anak diasuh oleh salah satu orang tua                                     : Ya oleh Ibu
4.  Anak diasuh wali/saudara                                            : -
Sosial Ekonomi Orangtua
1.  Jabatan formal ayah di kantor (jika ada)                                  : -
2.  Jabatan formal ibu di kantor (jika ada)                                    : -
3.  Jabatan informal ayah di luar kantor (jika ada)                        : -
4.  Jabatan informal ibu di luar kantor (jika ada)              : -
5.  Rata-rata penghasilan (kedua orangtua) perbulan        : -
Tanggungan dan Tanggapan Keluarga
1.  Jumlah anak                                                                : 2 Bersaudara
2.  Ysb. Anak yang ke                                                      : 1 (Pertama)
3.  Persepsi orang tua terhadap anak ysb.                                     : Sayang
4.  Kesulitan orang tua terhadap anak ysb.                                   : Memahami bicara anak
5.  Harapan orang tua terhadap pendidikan anak ysb.      : Memahami pelajaran disekolah
6.  Bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak ysb    .: -
4.    Alat Identifikasi
Petunjuk :
1.    Berikan tanda cek (√) Pada pilihan  Ya  jika indikasi yang diamati muncul/tampak
2.    Berikan tanda cek (√) Pada pilihan  Tidak  jika indikasi yang diamati tidak muncul/ tidak tampak
Gejala yang Diamati
Ya
Tidak
Hambatan Intelektual (Tunagrahita)                                      
1
Ringan

a.      Memiliki IQ 50-70 (dari WISC)


b.      Dua kali berturut-turut tidak naik kelas


c.       Masih mampu membaca, menulis dan berhitung sederhana


Perilaku Adaftif

a.      Tidak dapat berfikir secara abstrak


b.      Kurang perhatian terhadap lingkungan


c.       Sulit menyesuaikan diri dengan situasi (Interaksi sosial)

2
Sedang

a.      Memiliki IQ 25-50 (dari WISC)


b.      Tidak dapat berfikir secara abstrak


c.       Hanya mampu membaca kalimat tunggal


Perilaku Adaftif

a.       Mengalimi kesulitan berhitung sekalipin sederhana


b.      Perkembangan interaksi dan komonikasinya terlambat


c.       Mengalimi kesulitan untuk beradaptasi deengan lingkungan yang baru (pemyesuain diri)


d.      Kurang mampu untuk mengurus diri sendiri

3
Berat

a.      Memiliki IQ 25-50 (dari WISC)


b.      Hnay amampu membaca satu kata


c.       Sama sekali tidak dapat berfikir secara abstrak


Perilaku Adaftif

a.      Tidak dapat melakukan kontak sosial


b.      Tidak mampu mengurus diri sendiri


c.       Akan banyak bergantung pada bantuan orang lain


Kesimpulan Hasil Identifikasi
Berdasarkan alat identifikasi, ternyata anak mengalami ketunagrahitaan Ringan



B.  Hasil Asesmen
Hasil Asesmen Bina Diri (Keterampialan Merawat Diri)
INSTRUMEN ASESMEN BINA DIRI
Petunjuk Pengisian Kolom Angka
Berilah Tanda Ceklis ( √ ) Pada :      
Angka 4 Jika Anak Dapat Melakukan Sendiri
Angka 3 Jika Anak Dapat melakukan dengan sedikit pertolongan
Angka 2 Jika Anak Dapat Melakukan Dengan Pertolongan Seperlunya
Angka 1 Jika Anak Dapat Melakukan Dengan Pertolongan Sepenuhmya
Angka 0 Jika Anak Tidak Dapat Melakukan Sama Sekali

KOMPENEN
USIA MENTAL
POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
MATERI KEGIATAN
4
3
2
1
0
1.       Makan Minum
12-14 Tahun
1.1. Makan
1.1.1.   Menunggu dengan tenang sampai semua orang yang diajak makan selesai bersama




1.1.2.              Mencuci tangan sebelum makan tanpa disuruh




1.1.3.              Menyendok nasi





1.1.4.               Memotong





1.1.5.              Makan memakai sendok





1.1.6.              Minum melalui pipa sedotan





1.1.7.               Minum melalui sedotan





1.1.8.              Minum dengan gelas





1.1.9.              Minum dengan cangkir





1.1.10.             Menuangkan air ke gelas/ cangkir dari tempatnya





2.  Berpakaian

2.1.   Berhias
2.1.1.   Dapat mengurus diri sendiri yang berhubungan dengan berhias





2.1.2.           Menanggalkan celana panjang/ pendek





2.1.3.           Memasang ikat pinggang





2.1.4.            Memakai kutang/ BH (bagi wanita)
-
-
-
-
-
2.1.5.           Memakai celana dalam




2.1.6.           Memakai rok bawah (bagi wanita)
-
-
-
-
-
2.1.7.          Memakai bando ( wanita), dasi(laki-laki)




2.1.8.        Mengenakan stocking ( wanita),            kaos kaki (laki-laki)





2.2.              Mengatur pakaian
2.2.1.   Mengatur pakaian menurut waktu penggunaannya




2.2.2.         Mengenakan pakaian malam




2.2.3.         Mengenakan konde/harnet (bagi wanita)
­-
-
-
-
-
2.2.4.          Mengenakan kimono/ mantel tidur




2.2.5.         Memakai jaket




2.2.6.         Mengenakan mantel/jas hujan




3.  Kebersihan

3.1.   Membersihkan pakaian
3.1.1.   Membersihkan sepatu sendiri




3.1.2.           Menjaga kebersihan tas sekolah




3.1.3.           Menjaga kebersihan tempat duduk, belajar





4.Keselamatan

4.1.  Menjaga kesehatan
4.1.1.   Mengunjungi dokter bila sakit




4.1.2.            Minum obat sendiri




4.1.3.            Mencuci muka/tangan




4.1.4.            Membersihkan diri setelah buang air besar




4.1.5.            Mengggosok gigi




4.1.6.            Membersihkan rambut




4.1.7.            Menggunting kuku




4.2.Berpergian
4.2.1.   Dapat memilih jenis kendraan sesuai dengan kebutuhan





C.  Analisis Hasil Identifikasi dan Asesmen
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan keluarga anak baru diketahui mengalami hambatan intelektual ketika anak berusia 9 tahun. Sang Ibu mengatakan bahwa anaknya mengalami hambatan pada bahasa/ berbicara, tidak lancar. Sang Ibu pada awalnya hanya mengira bahwa sang anak hanya mengalami keterlambatan bicara namun setelah sang Ibu mengkursuskan sang Anak selama 5 bulan masih tidak ada kemajuan kemudian sang Anak dipindah tempat kursus untuk yang kedua kalinya namun tetap tidak membuahkan hasil. Anak tidak naik kelas selama 2 tahun di sekolah negeri kemudian sang Ibu memindahkan sekolah ke SDLBN LUMBU RAYA. Setelah dilakukan identifikasi dan asesmen ternyata sang anak mengalami ketunagrahitaan ringan (C) yang kemungkinan disebabkan pada waktu kelahiran yang dimana si anak waktu bayi, setelah lahir mengalami kesulitan bernafas dan 3 jam kemudian si bayi/anak mengalami Step.
Dari hasil identifikasi dan asesmen, dalam hal mengurus diri Perdi melakukan dengan pertolongan seperlunya. Untuk makan Perdi dapat melakukan sendiri, sedikit pertolongan dan pertolongan seperlunya. Namun terkadang sebelum makan Perdii sangat jarang untuk mencuci tangan, Perdi akan melapkan tangan nya kesembarangtempat apabila ia ingin makan.
Oleh sebab itu maka rancangan program bina diri yang akan di implementasikan kepada Perdi adalah Memcuci Tangan.









BAB V
 RANCANGAN PROGRAM BINA DIRI

RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN BINA DIRI
MENGURUS DIRI
Satuan Pendidikan                  : SDLB-C
Bidang Pengembangan           : Merawat diri
Waktu                                     : 2 x 35 menit
A.  Kompetensi
Mampu mencuci tangan dengan cara yang benar
B.  Indikator
1.    Menyebutkan peralatan Mencuci tangan
2.    Menjelaskan manfaat Mencuci tangan
3.    Mendemostrasikan cara Mencuci tangan
C.  Tujuan Pembelajaran
1.    Tujuan Jangka Panjang
Anak mampu Mencuci tangan secara mandiri
2.    Tujuan Jangka Pendek
Anak mampu Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
D.  Pendekatan, Strategi, dan Metode
1.    Pendekatan: individual
2.    Strategi: strategi pembelajaran langsung
3.    Metode: demonstrasi, tanya jawab, tugas, latihan dan praktik langsung
E.  Materi Pelajaran
Mencuci tangan
F.   Sumber, dan Media/ Alat
1.    Air (keran/wastafel)
2.    Sabun
3.    Lap/handuk
4.    Video animasi
G. Pelaksanaan Program
Pembelajaran
Waktu
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Kegiatan Awal
10 menit


Guru meminta anak untuk duduk dengan tenang
Duduk dengan tenang


Guru mengucapkan salam
Menjawab salam


Guru meminta anak berdo’a
Membaca do’a

Guru menanyakan kabar anak
Anak menyatakan kabarnya
Guru memberitahukan kegiatan yang akan dilakukan
Anak memperhatikan guru yang memberitahukan kegiatan
Kegiatan Inti






50 menit



Guru menyebutkan nama-nama peralatan mencuci tangan (air, sabun dan lap/handuk)
Menyimak penjelasan guru

Guru meminta anak menyebutkan kembali nama-nama mencuci tangan
Menyebutkan kembali nama-nama mencuci tangan
Guru menjelaskan manfaat mencuci tangan
Menyimak penjelasan guru

Guru menampilkan video animasi tentang mencuci tangan
Menyimak video animasi yang
ditampilkan.
Guru mendemonstrasikan cara mencuci tangan
Mencuci tangan sesuai dengan instruksi guru.
Mengkondisikan siswa untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Kegiatan
Akhir
10 menit
Menyimpulkan pembelajaran mengenai Mencuci tangan
Memberi umpan balik


Guru mengajak anak untuk membaca do’a
Membaca do’a.


J.  Penilaian
           Petunjuk pengisian pada kolom angka.
      Berilah tanda ceklis (√) pada:
           a. Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara lancar
           b. Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
           c. Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
           d. Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan fisik
No
Tahap Kegiatan
4
3
2
1
1.
Menyiram tangan dengan air




2.
Mengambil sabun




3.
Menggosok tangan dan sela-sela jari satu per satu




4.
Mengembalikan sabun




5.
Menyiram tangan dengan air




6.
Mengeringkan tangan dengan lap atau handuk




Jumlah Perolehan





Penetapan Level Kinerja
a.     Perhitungan Skor
 x 100 % =
b.    Kriteria Penilaian
>87,5%-100% = Sangat baik
>62,5%-87,5%= Baik
>37,5%-62,5%= Cukup
<25%-37,5% = Kurang








BAB VI
HASIL IMPLEMENTASI PROGRAM BINA DIRI

A.      Penilaian dalam Implementasi Program Bina Diri Mencuci Tangan
1.    Penilaian Setiap Pertemuan
PERTEMUAN 1
Hari     : Selasa,8 Mei 2018
Tempat : Rantau
Petunjuk pengisian pada kolom angka.
            Berilah tanda ceklis (√) pada:
a.    Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara lancar
b.    Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c.    Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d.   Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan fisik
No
Tahap Kegiatan
4
3
2
1
1.
Menyiram tangan dengan air



2.
Mengambil sabun



3.
Menggosok tangan dan sela-sela jari satu per satu



4.
Mengembalikan sabun



5.
Menyiram tangan dengan air



6.
Mengeringkan tangan dengan lap atau handuk



Jumlah Perolehan



6

Penetapan Level Kinerja
a.    Perhitungan Skor
 x 100 % =
 x 100 % = 25
b.    Kriteria Penilaian
>87,5%-100% = Sangat baik
>62,5%-87,5%= Baik
>37,5%-62,5%= Cukup
<25%-37,5% = Kurang

PERTEMUAN 2
Hari          : Rabu, 9 Mei 2018
Tempat     : Rantau
Petunjuk pengisian pada kolom angka.
 Berilah tanda ceklis (√) pada:
a.    Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara lancar
b.    Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c.    Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d.   Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan fisik
No
Tahap Kegiatan
4
3
2
1
1.
Menyiram tangan dengan air


2.
Mengambil sabun


3.
Menggosok tangan dan sela-sela jari satu per satu


4.
Mengembalikan sabun


5.
Menyiram tangan dengan air


6.
Mengeringkan tangan dengan lap atau handuk


Jumlah Perolehan


12
6

Penetapan Level Kinerja
a.    Perhitungan Skor
 x 100 % =
 x 100 % = 50
b.    Kriteria Penilaian
>87,5%-100% = Sangat baik
>62,5%-87,5%= Baik
>37,5%-62,5%= Cukup
<25%-37,5% = Kurang

PERTEMUAN 3
Hari          : Senin, 14 Mei 2018
Tempat     : Rantau
Petunjuk pengisian pada kolom angka.
 Berilah tanda ceklis (√) pada:
a.    Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara lancar
b.    Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c.    Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d.   Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan fisik
No
Tahap Kegiatan
4
3
2
1
1.
Menyiram tangan dengan air


2.
Mengambil sabun


3.
Menggosok tangan dan sela-sela jari satu per satu


4.
Mengembalikan sabun


5.
Menyiram tangan dengan air


6.
Mengeringkan tangan dengan lap atau handuk


Jumlah Perolehan

9
6
6

Penetapan Level Kinerja
a.       Perhitungan Skor
 x 100 % =
 x 100 % = 62.5
b.              Kriteria Penilaian
>87,5%-100% = Sangat baik
>62,5%-87,5%= Baik
>37,5%-62,5%= Cukup
<25%-37,5% = Kurang

PERTEMUAN 4
Hari          : Selasa, 15 Mei 2018
Tempat     : Rantau
Petunjuk pengisian pada kolom angka.
 Berilah tanda ceklis (√) pada:
a.    Angka 4 jika peserta didik jika melakukan secara mandiri atau secara lancar
b.    Angka 3 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal
c.    Angka 2 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan fisik
d.   Angka 1 jika peserta didik jika melakukan dengan bantuan verbal dan fisik
No
Tahap Kegiatan
4
3
2
1
1.
Menyiram tangan dengan air


2.
Mengambil sabun


3.
Menggosok tangan dan sela-sela jari satu per satu


4.
Mengembalikan sabun


5.
Menyiram tangan dengan air


6.
Mengeringkan tangan dengan lap atau handuk


Jumlah Perolehan
12
9

6

Penetapan Level Kinerja
a.       Perhitungan Skor
 x 100 % =
 x 100 % = 87.5
b.              Kriteria Penilaian
>87,5%-100% = Sangat baik
>62,5%-87,5%= Baik
>37,5%-62,5%= Cukup
<25%-37,5% = Kurang
2.    Hasil Penilaian Pelaksanaan Program Bina Diri Secara Keseluruhan
Aspek
Kompetensi
Indikator
Kemampuan
Diskripsi Kemampuan
Hasil Akhir
Merawat Diri
Mampu mencuci tangan dengan cara yang benar
Anak mampu mencuci tangan
a.     Pertemuan 1

Kemampuan anak dalam mencuci tangan menunjukkan 25 % sehingga anak termasuk dalam kriteria penilaian Kurang
Anak masih dibantu dengan bantuan fisik dan verbal.
Keterngan :
Kesimpulan dilihat dari hasil pertemuan terakhir anak tlah mampu melakukan secara madiri, walau pun masih ada dibantu secara verbal. Untuk mencuci tangan anak sudah mencapai peningkatan.
b.    Pertemuan 2

Kemampuan anak dalam mencuci tangan menunjukkan 50 % sehingga anak termasuk dalam kriteria penilaian C = Cukup
Anak Anak dibantu secra fisik
c. Pertemuan 3

Kemampuan anak dalam mencuci tangan menunjukkan 62.5 % sehingga anak termasuk dalam kriteria penilaian C = Cukup
Anak dibantu ada yang secara fisik dan ada yang secaraverbal
d.                  Pertemuan 4

Kemampuan anak dalam mencuci tangan menunjukkan 87.5 % sehingga anak termasuk dalam kriteria penilaian B= Baik
Anak mampu melakukan secara madiri dan ada yang dibantu secara verbal

B.     Analisis Perkembangan Pencapaian Pelaksanaan Implementasi Program Bina Diri

Pada hari pertama kami akan melakukan program bina diri, tepatnya pada hari Selasa (08 Mei 2018), sesampainya di sekolah saya melakukan pendekatan pada anak dengan mengajaknya berkomunikasi sebagai awal perkenalan. Setelah itu, saya mulai melakukan kegiatan program bina diri. Sebelum saya melakukan demonstrasi kepada anak kami menunjukkan video animasi tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar. Setelah itu, saya berperan sebagai Ibu Guru yang mengajarkan anak bagaimana cara mengenakan sepatu sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Perdi memperhatikan dengan baik instruksi yang telah diberikan, walaupun terkadang perhatian Perdi teralihkan ke luar kelas yang dimana saat itu teman-temannya sedang latihan menari. Kemudian kami mengajak anak mempraktekkannya sambil mengajarinya cara yang benar dalam memasukkan kaki ke dalam sepatu yang sesuai dengan pasangannya. Dalam beberapa intruksi Perdi dapat mengikutinya.
Pada hari kedua saya melakukan program bina diri pada hari selanjutnya yaitu hari Rabu (09 Mei 2018).Dalam memcuci tangan anak masih memerlukan bantuan fisik. Sayapun kembali menjelaskan lebih dalam mengenai cara mencuci tangan.
Kemudian pada hari ketiga saya melakukan program bina diri pada hari selanjutnya yaitu hari Senin (14 Mei 2018), anak Masih dibantu secara Fisik dan secara verbal.
Di hari ke empat saya melakukan program bina diri pada hari selanjutnya yaitu hari Selasa (14 Mei 2018), anak telah mampu melakukan cara-cara memcuci tangan secara mansidi, walaupun ada beberap anak dibantu dengan verbal.
Jadi, tujuan rancangan program bina diri yang telah tercapai yaitu tujuan jangka pendek. Anak telah mampu memcuci tangan secara benar. Awalnya, anak hanya mampu dengan dibantu secara fisik dan ferbal, sekarang anak sudah dapat mencuci tangan sendiri meskipun kadang ia masih dibantu secara verbal.

C.  Analisis Kendala Selama Implementasi Pelaksanaan Program Bina Diri

Sebenarnya tidak ada kendala yang berarti dalam melaksanakan rancangan program bina diri yang kami berikan terhadap anak, karena anak bisa untuk berinteraksi sehingga saya dapat memberikan pembelajaran dengan lancar. Hanya saja keterbatasan anak dalam berbahasa dan konsentrasinya mudah teralihkan, sedikit menjadi hambatan dikarenakan anak lebih terbiasa makan tanpa cuci tangan, sehingga anak dibantu secatra verbal.






BAB VII
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Program pengembangan diri merupakan hal yang sangat penting untuk mengantarkan peserta didik tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya, sehingga perlu dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan. Banyak faktor pendukung yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan program ini, antara lain adalah faktor guru yang perlu mengenal, memahami dan terampil dalam mengembangkan diri peserta didik tunagrahita. Oleh karena itu maka guru sebagai pemegang kunci utama dalam penyelenggaraan program ini perlu dibekali kompetensi yang lebih spesifik dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai serta mengevaluasi progran  pengembangan diri.
Faktor pendukung lainnya adalah prasarana yang memadai atau ruang pengembangan diri yang dapat dijadikan tempat kegiatan, sarana atau perlengkapan serta media atau alat-alat pengembangan diri yang perlu disediakan secara lengkap sesuai dengan kebutuhan peserta didik tunagrahita.
B.     Saran
Saya sadar bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.




DAFTAR PUSTAKA

Wardani, IG.A.K dkk. 2007. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta : Universitas Terbuka.
Somantri, T. Sutjihati. 2012.  Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung :  PT. Refika Aditama.
Makalah Anak Tuna Grahita. diunduh 23-3-2018
Sulaeman, Aziz dkk. 2015. Makalah Laporan Observasi. diunduh 21-9-2017
Munira, Laila. 2014. Makalah Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. diunduh 21-9-2017
Kajian Teori Anak Tunagrahita. google pdf. diunduh 21-9-2017







LAMPIRAN










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Anak CIBI

INKLUSI SEBAGAI PEMBERI PERHATIAN ANTI DISKRIMINASI

KURIKULUM DIFERENSIASI BAGI ANAK CI BI