Konsep Anak CIBI
KONSEP ANAK CI BI

Kelas
D3
Disusun Oleh :
Isnani Jam’ Iatul
Husna
NIM :
1610127720028
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KHUSUS
BANJARMASIN
2018
KONSEP ANAK CI BI
Makalah
Mata Kuliah : Kompensatoris Anak CI BI
Dosen Pengampu :
Mirnawati, M.Pd
Kelas
D3
Disususn Oleh :
Isnani Jam’ Iatul
Husna
NIM
1610127720028
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KHUSUS
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
perkenaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas individu, mata kuliah Kompensatoris Anak CIBI.
Dalam
makalah ini, akan dibahas tentang Konsep Anak CIBI. Saya berharap makalah ini
dapat memberikan pengetahuan yang nantinya InsyaAllah akan bermanfaat bagi
kita.
Saya menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat Saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Banjarmasin, September
2018
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
|
Halaman Judul ...........................................................................
|
i
|
|
Kata Pengantar
..........................................................................
|
ii
|
|
Daftar Isi ....................................................................................
|
iii
|
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
|
|
|
1
|
|
|
3
|
|
|
3
|
BAB II
|
LAPORAN OBSERVASI
|
|
|
A.
Pengertian
Anak CIBI (Cerdas Istemewa Berbakat Istemewa)
.......................................................................
|
4
|
|
B.
Karakteristik
Anak CIBI (Cerdas Istemewa Berbakat Istemewa)
.......................................................................
|
9
|
|
C.
Permasalahan
yang Dihadapi Anak CIBI (Cerdas Istemewa Berbakat Istemewa) .......................................
|
11
|
|
D.
Layanan
Pendidikan Untuk Anak CIBI (Cerdas Istemewa Berbakat Istemewa)
.......................................
|
13
|
BAB III
|
PENUTUP
|
|
|
|
22
|
|
|
22
|
|
DAFTAR PUSTAKA
...............................................................
|
24
|
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap anak yang terlahir ke
dunia tentunya memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Kekurangan dan kelebihan
ini adalah kodrat yang harus diterima dengan penuh kegembiraan dan ikhlas
secara lahir dan batin oleh setiap orangtua, sebab kelebihan dan kekurangan ini
merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak bisa digugat kebenarannya. Kelebihan
dan kekurangan ini membuat setiap anak menjadi seorang manusia yang berharga
dimata setiap orangtuanya. Dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh setiap anak di dunia ini, terdapat berbagai macam pula kategori
anak yang ada. Salah satu kategori anak yang begitu berharga adalah anak yang
masuk dalam kategori gifted (anak berbakat).
Perhatian
terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun
yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat
dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal
menjadi pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu,
mereka dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman
Natawijaya, 1979).
Demikian
pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah
yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih
cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius
dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan
khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal.
Anak
berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan
tunagrahita. Walaupun
diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan
pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul
tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan
pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang
berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan
adalah mengembangkan kebermaknaan
tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa
dan negara.
Isu menarik berkaitan dengan layanan pendidikan bagi anak berbakat (gifted) yang dalam bahasa undang - undang disebut dengan peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa atau lebih popular di masyarakat
dengan cerdas istimewa (CI) dan bakat istimewa (BI) adalah adanya beragam
motivasi dan implementasinya.
Dalam perspektif global, penyelenggaraan program akselerasi memberikan
nilai positif, karena tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan global dan
persaingan antar bangsa dalam berbagai aspek kehidupan semakin nyata. Sehingga
dengan penyelengaraan program akselerasi diharapkan lahir sumber daya manusia
unggul yang dapat bersaing dalam lingkup nasional dan global.
Anak yang terlahir dengan
memiliki intelegensi yang tinggi, dapat dikatakan sebagai anak yang masuk dalam
kategori gifted. Dikarenakan kelebihan intelegensi inilah anak gifted menjadi
begitu istimewa dan membanggakan dalam hal pengetahuan. Dengan kemampuan
intelegensi yang tinggi, anak gifted tentunya dapat menjadi seorang manusia
yang berkualitas. Berkualitas dalam hal ini antara lain adalah selalu
memperoleh prestasi yang mengesankan baik dalam bidang pendidikan maupun dalam
hal pekerjaan, mampu mempelajari hal-hal baru yang mungkin belum tepat
diajarkan bagi anak-anak normal, akan tetapi anak gifted mampu mempelajarinya
dengan baik.
Pada dasarnya, setiap individu atau setiap anak memiliki bakat yang
berbeda–beda. Perbedaan itu terletak pada jenis bakat yang dimiliki. Anna
Pavlova misalnya, sangat berbakat sebagai penari ballet. Rembrandt, Van Gogh,
Leonardo da Vinci, Affandi, Basuki Abdullah, S.Sudjono, Barly, dan Ahmad
Sadali, sanggup mempesonakan dunia dengan lukisan – lukisan mereka. Rocky
Marciano, Joe Louis, dan Muhammad Ali adalah beberapa nama yang kini melegenda
karena bakat tinju mereka. Boby Fisher, Anatoly Karpov dan Garry Kasparov
menjadi sangat terkenal karena bakat mereka dalam bidang catur.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa pengertian anak (Cerdas Istemewa Berbakat Istemewa) CIBI ?
2. Apa saja Karakteristik anak (Cerdas Istemewa Berbakat Istemewa) CIBI ?
3. Permasalahan seperti apa yang dihadapi anak (Cerdas Istemewa Berbakat
Istemewa) CIBI ?
4. Bagaimana layanan pendidikan untuk anak (Cerdas Istemewa Berbakat
Istemewa) CIBI ?
C. TUJUAN
1. Diharapkan dapat memahami pengertian anak (Cerdas Istemewa Berbakat
Istemewa) CIBI ?
2. Diharapkan dapat memahami karakteristik anak (Cerdas Istemewa Berbakat
Istemewa) CIBI ?
3. Diharapkan dapat memahami permasalahan yang dihadapi anak (Cerdas
Istemewa Berbakat Istemewa) CIBI ?
4. Diharapkan dapat memahami layanan pendidikan untuk anak (Cerdas Istemewa
Berbakat Istemewa) CIBI ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak CIBI (Cerdas Istemewa Berbakat
Istemewa)
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa (gifted) adalah anak yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140
atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik
khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Anak
berkebutuhan khusus atau gifted (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak
berbakat (gifted) memiliki pengertian, "Anak berbakat merupakan satu
interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari
kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang
tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat (gifted)
ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat
ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang
mampu mewujudkan ketiga sifat itu di masyarakat memperoleh kesempatan
pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program
pengajaran yang reguler.
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah
anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak
normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah
keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak
dilahirkan.
Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para ahli
ialah anak-anak gifted mempunyai superioritas dalam bidang akademik. Kiranya
hal itu tidak sulit untuk dimengerti, sebab salah satu syarat penting untuk
meraih prestasi akademik tertentu ialah persyaratan intelegensi.
Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa berkait erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi
kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak
hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Anak berbakat yanitu anak dengan
kecerdasan diatas rata-rata ( biasanya didefinisikan memiliki IQ 130 atau
lebih)dan/atau punya bakat unggul di beberapa bidang seperti seni, musik, atau
matematika (Santrock,2007). Proses mengidentifikasi anak cerdas istimewa
dilakukan dengan menggunakan pendekatan multi dimensional. Artinya kriteria
yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelegensi). Batasan yang
digunakan adalah anak yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas
ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala wechsler.
Selanjutnya, JF.Mönks seorang guru besar psikologi
anak berbakat Belanda serta menjabat sebagai Direktur European Council for
High Ability dalam bukunya Ontwikkeling Psychologie juga menjelaskan
bahwa faktor inteligensia adalah faktor yang stabil, maksudnya ia sulit
dipengaruhi dari luar karena merupakan faktor bawaan (genetik), sementara itu
kretifitas dan motifasi merupakan faktor yang dapat dipengaruhi dari luar
(lingkungan).(Julia,2007)
Untuk lebih
jauh mengenal bagaimana seorang anak gifted itu, tokoh bernama Betts
& Neihart (1988) telah mengelompokkan anak gifted menjadi 6 tipe yaitu :
1. Tipe 1 (The
Succesful)
Anak yang tergolong pada tipe ini mampu
mengikuti pendidikan konvensional dan dapat meraih prestasi yang sangat baik,
dan mampu mendengarkan dan mempelajari dengan cepat dan cermat yang diajarkan
di sekolah maupun di lingkungan rumah. Mereka sangat disenangi oleh
lingkungannya dan dapat diterima dengan baik oleh teman-teman sebayanya
sehingga tidak mengalami masalah dalam pergaulan dan perkembangan sosial dan
emosionalnya. Akan tetapi, sebenarnya mereka kurang bisa belajar secara
mandiri, mereka mendapatkan prestasi karena dukungan dan bimbingan, bukan
karena mengembangkan minatnya secara mandiri. Ketika berada di sekolah yang
lebih tinggi, mereka mengalami kesulitan untuk mengembangkan dirinya. Anak-anak
pada tipe ini selalu percaya bahwa akan ada yang selalu menuntun dan
mengarahkan sehingga mereka memang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
tetapi kurang bisa menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan perubahan hidup.
2. Tipe 2 (The
Challenging)
Anak gifted pada tipe ini
sering mengalami konflik di sekolah maupun dirumah, bahkan tipe ini tidak
teridentifikasi oleh pihak sekolah karena anak tipe ini tidak menjukkan
prestasi yang baik dan sering berdebat dengan guru. Namun, mereka juga memiliki
keistimewaan tersendiri yaitu memiliki
kreativitas yang tinggi. Mereka lebih banyak frustrasi karena sistem
pendidikan justru tidak dapat memberikan perhatian pada kemampuan dan
talentanya dan harus berjuang untuk menggembangkan talentanya dengan
kekuatannya sendiri.
3. Tipe 3 (The
Underground)
Anak-anak pada tipe ini cenderung
menyembunyikan bahkan menolak talentanya sendiri karena adanya tekanan dari
teman-teman sebayanya. Sebenarnya mereka ingin dianggap sebagai anak normal
pada umumnya, karena merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, dan merasa cemas
dikarenakan banyak tekanan yang muncul dari orang-orang di sekelilingnya,
sementara teman sebayanya yang bukan gifted menekannya agar mereka mampu
menyesuaikan diri, tetapi guru dan orang tuanya menekan agar kembali meraih
prestasi.
4. Tipe 4 (The
Dropouts)
Anak-anak gifted kelompok ini, sekalipun
sebetulnya mempunyai potensi yang tinggi, namun ia tidak mendapatkan dukungan
dari sekolah, dan tidak berprestasi. Sistem pendidikan tidak memberinya
dukungan untuk mengembangkan talentanya, yang menyebabkannya kefrustrasian dan
pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan kondisi depresi. Namun
sebenarnya masalahnya sudah berawal sejak ia berada di sekolah dasar. Drop out
bukan saja dalam bentuk prestasi sekolah, secara fisik, namun juga mereka dapat
drop out secara mental, dan emosional. Mereka biasanya adalah anak-anak yang
sudah sangat terlambat teridentifikasi bahwa ia tergolong anak yang gifted dan
pada akhirnya memiliki dorongan internal yang lemah. Mereka juga tidak cocok
dengan sistem pendidikan konvensional. Ia membutuhkan kerjasama dengan yang
baik dengan orang-orang dewasa yang memang dipercayainya.
5. Tipe 5 (The
Double Labeled)
Kelompok anak gifted tipe ini adalah
mereka yang mempunyai gangguan secara fisik, secara emosional, ataupun yang
mengalami gangguan belajar (Learning Disabilities). Tulisan tangannya jelek
(karena motorik halusnya kurang baik), atau perilakunya yang kacau sehingga
tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak-anak ini juga seringkali
kesulitan menyelesaikan tugas-tugasnya karena ketidakbisaannya sebagai akibat
gangguannya yang memang kasat mata. Apabila berlanjut terus menerus, hal itu
hanya akan memunculkan kefrustrasian, merasa tidak dihargai, tak dibantu, dan
merasa terasing. Si anak juga tidak mengakui bahwa ia sesungguhnya mempunyai
kesulitan yang spesifik, atau khusus, yang datangnya dari dirinya sendiri.
Namun ia selalu menuding bahwa pelajarannyalah yang membosankan, atau
pelajarannya “goblok”. Mereka juga pandai menutupi kekurangannya dengan
cara-cara yang pintar, karena mereka memang cerdas. Pihak sekolah juga tidak
mengakui bahwa sesungguhnya ia anak yang luar biasa cerdas, karena prestasinya
memang tidak ada, bahkan sering selalu dibantu, atau memerlukan bantuan remedial
teaching.
6. Tipe 6 (The
Outonomous Learner)
Kelompok gifted tipe 6 ini adalah kelompok
anak gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang besar. Ia
dapat mengembangkan diri secara kreatif, dan mampu memanfaatkan segala sesuatu
yang ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia
kembangkan sendiri sebagai sesuatu yang baru. Ia tak tergantung oleh orang
lain, dan sangat independen. Ia dapat menentukan sendiri apa yang ingin
dicapainya. Ia berani mengambil risiko, karena ia mengenal sekali kekuatan
dirinya. Ia juga mempunyai konsep diri yang sangat positif, karena ia bisa
mendapatkan apa yang menjadi idam-idamannya. Ia juga mampu mengekspresikan
perasaan, tujuan, dan cita-citanya dengan baik, dan bebas. Ia sangat disayangi
oleh lingkungan dan mendapatkan dukungan yang positif. Biasanya ia terpilih
menjadi pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun di masyarakat.
Adapun Istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak CI BI, yaitu :
1. Cerdas
anak cerdas
= Bright Child. Anak cerdas berbeda dengan anak-anak gifted
Anak cerdas
memiliki IQ melebihi rata-rata, namun anak cerdas mempunyai kreativitas =
anak-anak pada umumnya. Gaya belajar anak cerdas bersifat sekuensial (urut)
sedang gaya belajar anak Gifted bersifat simultan (serentak)
2. Berbakat
Di Indonesia
sebutan anak berbakat mengacu pada istilah GIFTED yang biasa digunakan di
Amerika dengan batasan menurut RENZULLI, yaitu: anak-anak yang mempunyai IQ di
atas 130, kreativitas, dan memiliki komitmen terhadap tugas.
3. Genius
Genius
adalah anak-anak yang mempunyai kemampuan luar biasa, dalam bahasa Inggris
sering digunakan istilah Exceptional Gifted Children, dengan IQ di atas
160.Jenius tidak sama dengan gifted. Anak jenius mempunyai prestasi di atas rata-rata,
namun pada kenayataannya setengah dari populasi anak jenius mengalami prestasi
rendah (underachiever).
4. Gifted
5. Gifted and
talented
Batasan
talented children ini tidak mengacu pada batasan inteligensia di atas 130,
hanya saja ia mempunyai salah satu bidang prestasi yang menonjol yang melebihi
rata-rata. Seperti ABK yang memiliki talent yang luar biasa.
B. Karakteristik Anak CIBI (Cerdas Istemewa
Berbakat Istemewa)
Anak berbakat mengacu pada istilah gifted yang biasa digunakan di Amerika
dengan batasan menurut Renzulli, yaitu:
1.
Anak-anak yang mempunyai IQ di atas 130
a.
Mudah menangkap pelajaran
b.
Ingatan baik
c.
Perbendaharaan kata luas
d.
Penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami
hubungan sebab akibat).
e.
Daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan)
f.
Senang dan sering membaca
g.
Ungkapan diri lancar dan jelas
h.
Mampu membaca pada usia lebih muda
2.
Kreativitas
a.
Dorongan ingin tahu besar
b.
Sering mengajukan pertanyaan yang baik
c.
Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu
masalah
d.
Bebas dalam menyatakan pendapat
e.
Rasa humor tinggi
f.
Daya imajinasi kuat
g.
Keaslian (orisinalitas)
h.
Dapat bekerja sendiri
i.
Senang mencoba hal-hal baru
3.
Komitmen terhadap tugas
a.
Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan
keterlibatan dengan suatu problem atau bidang tertentu.
b.
Ketekunan, daya tahan, dan kerja keras.
c.
Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanaan
pekerjaan yang penting, keinginan yang kuat untuk berprestasi.
d.
Kemampuan
mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu.
Dan apabila seorang anak memiliki 18 ciri dari 25 ciri berikut, maka anak
tersebut dapat digolongkan anak berbakat.
1.
Membaca pada usia lebih muda
2.
Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3.
Memiliki perbendaharaan yang luas
4.
Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
5.
Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang
dewasa
6.
Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
7.
Menunjukan keaslian dalam ungkapan variable
8.
Memberi jawaban – jawaban yang baik
9.
Dapat memberikan banyak gagasan
10.
Luwes dalam berfikir
11.
Terbuka terhadap rangsangan – rangsangan dari
lingkungan
12.
Mempunyai pengamatan yang tajam
13.
Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang,
terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
14.
Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
15.
Senang mencoba hal – hal yang baru
16.
Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan
sintesis yang tinggi
17.
Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan –
pemecahan masalah
18.
Cepat menangkap hubungan sebab akibat
19.
Berperilaku terarah pada tujuan
20.
Menpunyai daya imajinasi yang kuat
21.
Mempunyai banyak kegemaran
22.
Mempunyai daya ingat yang kuat
23.
Tidak cepat kuat dengan pretasinya
24.
Peka serta menggunakan firasat
25.
Menginginkan kebebasan dalam gerkan dan tindakan
C. Permasalahan yang dihadapi Anak CIBI (Cerdas
Istemewa Berbakat Istemewa)
Keberbakatan menimbulkan permasalahan bagi penyandangnya apabila mereka
tidak memperoleh dukungan dan bantuan yang diperlukannya. Permasalahan itu
terutama timbul pada masa remaja. Buescher dan Higham (1990) mengemukakan bahwa
anak-anak berbakat antara usia 11 dan 15 tahun sering menghadapi berbagai
masalah sebagai akibat dari keberbakatannya yang meliputi: perfeksionisme,
competitiveness, penilaian yang tidak realistis terhadap keberbakatannya,
penolakan dari teman sebaya, kebingungan akibat “pesan-pesan” yang beraneka
ragam sehubungan dengan bakatnya, dan tekanan dari orang tua serta masyarakat
agar berprestasi, di samping permasalahan yang ditimbulkan oleh terlalu
tingginya ekspektasi terhadap diri mereka.
Beberapa anak berbakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan dan memilih
teman, memilih jurusan di sekolah atau perguruan tinggi, dan akhirnya juga
mengalami kesulitan dalam memilih karir.Masalah-masalah perkembangan yang
dialami oleh semua remaja juga dialami oleh remaja berbakat tetapi masalahnya
dibuat lebih kompleks oleh kebutuhan khusus dan karakteristik anak
berbakat.Kemudian kesulitan utama remaja berbakat Salah satu nya juga
disebabkan karena lingkungan belajar yang kurang menantang kepada mereka
untukmewujudkan kemampuannya secara optimal.
Permasalahan tersebut sering di perdebatkan karena Di sisi lain memang
masih adanya suara-suara sumbang yang menyangsikan keberhasilan pendidikan
khusus bagi siswa cerdas dan berbakat. Kubu ini berpendapat bahwa
penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa cerdas dan berbakat lebih banyak
mudaratnya ketimbang manfaatnya dan tidak mencerminkan alam demokratis,
membentuk kelompok elit dan merupakan pemborosan.Beberapa alasan mengapa anak
berbakat perlu diberikan pendidikan khusus (diutip dari soreson,1988).
1.
Keberbakatan muncul dari proses interaktif, dimana
tantangan dari rangsangan lingkungan membawa keluar kapasitas yang dimiliki
diri sendiri dan memprosesnya.
2.
System politik dan sosial kita bersandar pada prinif
demokratis, jika sekolah mnediakan kesempatan pendidikan yang sama untuk semua
anak, ini berarti mengingkari adanya hak perkembangan pendidikan yang cocok
bagi anak berbakat.
3.
Anak berbakat dapat segera menemukan gagasan dan minat
mereka yang berbeda dari anak sebayanya.
4.
Jika pendidik mempertimbangkan kebutuhan anak berbakat
dan mendesain program pendidikan yang memenuhi kebutuhanya,maka siswa akan
menunjukkan prestasi dan perkembangan yang luar biasa, sesuai dengan rasa
kompetisi dan kesehaan mentalnya.
5.
Kontribusi anak berbakat pada masyarakat berada pada
seluruh aspek kehidupan, dan proporsional dalam keseluruhan. Masyarakat akan
banyak membutuhkan siswa seperti ini.
Masalah anak berbakat lebih rawan dari pada anak biasa.Anak-anak dengan
bakat luar biasa ternyata besar kemungkinannya untuk gagal maupun sukses pada
masa dewasa.Kebanyakan dari mereka tidak sukses pada masa dewasa karena
perlakuan yang mereka alami dan dalam beberapa kasus direngut dari masa
kanak-kanak.Dalam beberapa kejadian, orang tua menekan anaknya begitu keras
atau malah dipisahkan dari kelompok sebayanya, sehingga akhirnya hanya
mempunyai sedikit teman .karena anak berbakat lebih rawan dari pada anak biasa,
anak berbakat harus lebihdi berikan perhatian khusus.
Selain memiliki permasalan diatas, anak CIBI juga memiliki perilaku
negatif, seperti :
1.
Mudah bosan, suka mengganggu anak lain
2.
Menimbulkan kemarahan
3.
Memonopoli diskusi
4.
Bertahan dengan kegiatan rutin kelas, tidak suka
diganggu
5.
Gampang marah
6.
Menolak kerja dengan orang lain
7.
Mengoreksi orang dewasa secara kurang sopan
8.
Membuat joke yang kejam atau trick terhadap orang lain
9.
Melakukan intervensi orang lain
10.
Sombong, tidak sabar terhadap yang lain
11.
Bertahan terhadap apa yang diyakini
12.
Agresif dan menantang orang lain.
D. Layanan Pendidikan Untuk Anak CIBI (Cerdas
Istemewa Berbakat Istemewa)
Dalam
memberikan layanan kepada anak berkebutuhan khusus juga harus disesuaikan
dengan kekhususan yang dimiliki anak. Berikut merupakan beberapa model layanan
untuk anak berkebutuhan khusus yaitu:
1. Segregasi
Menurut Suparno (2007: 9) sistem layanan pendidikan segregasi adalah: Sistem
pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak
berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan
pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan
pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus
diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak
berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Biasa,
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Model segregasi merupakan model layanan pendidikan khusus yang paling kuno.
Pada model ini layanan pendidikan khusus diberikan di sekolah-sekolah khusus,
atau lebih dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) atau TKLB sampai SMLB.
Karakteristik dari sekolah ini antara lain adalah keterpisahan dari sekolah
bagi anak normal, dengan kurikulum, guru, media pembelajaran, dan sarana
prasarana yang berbeda pula (Lay Kekeh Marthan, 2007: 87).
Tim Arbeiter-Samariter-Bund/ASB (2011: 4) mengemukakan bahwa:
Pendidikan segregasi menegaskan dengan jelas tentang gagasan pemisahan anak
dalam pendidikan. Dalam hal ini berarti siswa bekerbutuhan khusus dipisahkan
dengan anak normal pada umumnya, dimana anak berkebutuhan khusus di sekolahkan
sesuai dengan jenis kebutuhannya dan tidak digabung dengan anak normal pada
umumnya.
Menurut Suparno (2007: 10-11) ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan
dengan sistem segregasi, yaitu:
a.
Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan
bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah dimulai dari tingkat
persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit
sekolah dengan satu kepala sekolah.
b.
Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama
merupakan bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi dengan fasilitas asrama.
Peserta didik SLB berasrama tinggal diasrama. Pengelolaan asrama menjadi satu
kesatuan dengan pengelolaan sekolah sehingga di SLB tersebut ada tingkan
persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit asrama.
c.
Kelas Jauh/Kelas Kunjung
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah
lembaga yang disediakan untuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB. Penyelenggaraan kelas
jauh/kelas kunjung merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka menuntaskan
wajib belajar serta pemerataan kesempatan belajar.
d.
Sekolah Dasar Luar Biasa
SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai
kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tunanetra,
tunarungu, dan tunadaksa.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, model
layanan segregasimerupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan
secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
Anak berkebutuhan khusus dipisahkan dengan anak normal pada umumnya, anak
berkebutuhan khusus di sekolahkan sesuai dengan jenis kebutuhannya dan tidak
digabung dengan anak normal pada umumnya.
2. Integrasi
Menurut Suparno (2007: 12) sistem pendidikan integrasi disebut juga sistem
pendidikan terpadu, yaitu sistem pendidikan yang membawa anak berkebutuhan
khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut
dapat bersifat menyeluruh, sebagian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi.
Menurut Lay Kekeh Marthan (2007: 117) model integrasi atau disebut juga pendidikan
terpadu adalah: Layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak
berkebutuhan khusus belajar bersama anak lainnya di sekolah reguler. Dalam
pendidikan integrasi memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus agar
terjalin keterpaduan dengan anak normal lainnya, baik keterpaduan secara
menyeluruh, sebagian atau keterpaduan yang bersifat sosialisasi.
Menurut Depdiknas (Suparno, 2007: 13-14) ada tiga bentuk keterpaduan dalam
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu:
a.
Bentuk Kelas Biasa
Dalam bentuk keterpaduan ini anak
berkebutuhan khusus belajar dikelas biasa secara penuh dengan menggunakan
kurikulum biasa. Oleh karena itu sangat diharapkan adanya pelayanan dan bantuan
guru kelas atau guru bidang studi semaksimal mungkin dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk khusus dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas
biasa. Bentuk keterpaduan ini sering juga disebut keterpaduan penuh.
b.
Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
Pada keterpaduan ini, anak
berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa dengan menggunakan kurikulum biasa
serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu tidak dapat
diikuti oleh anakberkebutuhan khusus bersama dengan anak normal.
c.
Bentuk Kelas Khusus
Dalam keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus
mengikuti pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh di kelas khusus
pada sekolah umum yang melaksanakan program pendidikan terpadu. Keterpaduan ini
disebut juga keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan yang bersifat
sosialisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di
atas, model integrasi sekolah menerima anak berkebutuhan khusus dan anak
tersebut mengikuti proses pembelajaran dengan bahan pembelajaran yang sama
dengan anak-anak lain tanpa penyesuaian, tanpa alat bantu dan juga harus
mengikuti kurikulum reguler yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kecepatannya
dalam belajar. Pendidikan integrasi memberikan kesempatan kepada anak
berkebutuhan khusus agar terjalin keterpaduan dengan anak normal lainnya, baik
keterpaduan secara menyeluruh, sebagian atau keterpaduan yang bersifat
sosialisasi.
2.
Inklusif
Tim ASB (2011: 5) mengemukakan bahwa:
Dalam model inklusif sekolah menerima
semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus dengan latar belakang disabilitas
yang beragam. Sekolah dan guru melakukan penyesuaian kurikulum dan proses pembelajaran
untuk mengakomodasi kemampuan dan kebutuhan anak yang berbeda-beda. Guru
mengedepankan kegiatan pembelajaran bagi semua anak secara bersama-sama dan
memberikan waktu luang untuk jam belajar tambahan bagi anak yang membutuhkan
perbaikan atau remedi.
Menurut
Ashman (Syafrida Elisa & Aryani Tri Wrastari, 2013: 3) pendidikan anak
berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model,
yaitu sebagai berikut:
a.
Kelas Reguler (Inklusi Penuh)
Anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak non berkebutuhan khusus sepanjang hari di kelas reguler dengan
menggunakan kurikulum yang sama.
b.
Kelas Reguler dengan Cluster
Anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak non berkebutuhan khusus di kelas reguler dalam kelompok khusus.
c.
Kelas Reguler dengan Pull Out
Anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak non berkebutuhan khusus di kelas reguler namun dalam waktu-waktu
tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang lain untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
d.
Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out
Anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak non berkebutuhan khusus di kelas reguler dalam kelompok khusus,
dan dalam waktuwaktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang lain untuk
belajar dengan guru pembimbing khusus.
e.
Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian
Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam
kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat
belajar bersama anak non berkebutuhan khusus di kelas reguler.
f.
Kelas Khusus Penuh
Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam
kelas khusus pada sekolah reguler. (Taruri Deti Aniska, 2016 : 13-17)
Beberapa layanan pendidikan yang dapat diberikan pada
anak berbakat adalah:
1.
Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk
anak-anak berbakat.
Program
akselerasi ini yaitu dengan cara "lompat kelas", artinya, anak dari
Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi
langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga
dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya
sudah matang untuk menempuhnya.Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk
seluruh mata pelajaran (akselerasi kelas atau akselerasi untuk beberapa mata
pelajaran saja).Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti
anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas
tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat
juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa
saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam
bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas
III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas
II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh
mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI. (Ika Rostika, 2016 )
Dalam
pelaksanaan Program Akselerasi, Komponen pendidikan yang perlu dikembangkan
disekolah sebagai berikut:
a.
Siswa
Rekurtment siswa, meliputi; penilian
akademis, psikolog, nominasi orang tua, nominasi teman sebaya, rekomendasi guru
dan kesediaan calon siswa serta persetujuan orang tua.
b.
Kurikulum
Kurikulum yang digunakan kurikulum
nasional yang disesuaikan (improvisasi) alokasi waktunya sesuai dengan
kecepatan belajar akseleran. Kurikulum yang dinamis yang mampu merangsang
kreatifitas siswa.
b.
Guru
Rekurtmen guru yang memiliki
karakteristik yang sesuai dengan criteria kompetensi dan komitmen yang sangat
dibutuhkan untuk dapat mengembangkan potensi anak. Guru harus mempunyai
kapasitas akademis yang bisa mencukupi berbagai pertanyaan yang kadang tak
terduga, guru juga dituntut sabar dalam manghadapi perilaku akseleran
sebagaimana menghadapi putra-putri sendiri yang membutuhkan perhatian lebih.
Guru juga harus membuka akses komunikasi yang lebar segala ide dan kritik yang
memebganun dari akseleran selayaknya ditanggapi.
c.
Sarana-prasarana
Sarana-prasarana yang menunjang
disesuaikan denga kemampuan dan kecedasan siswa yang dapat digunakan utnuk
memenuhi kebutuhan belajar serta menyalurkan kemampuan, bakat dan minatnya baik
dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.
d.
Manajemen
Manajemen yang berorientasi jauh kedepan
dengan fleksibilitas yang tinggi didasari oleh komitmen, ketekunan, pemahaman
yang sama serta kebersamaan semua pihak yang terlibat.
e.
Lingkungan belajar yang kondusif
Lingkungan yang mendukung
berkembangnya potensi keunggulan menjadi prestasi belajar yang nyata dan hasil
karta yang bermanfaat. Metode pembelajaran kkonvensional didalam kelas saja
kurang efektif, perlu program refreshment untuk pembelajaran diluar
kelas/sekolah.
f.
Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar yang
bekualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan pada siswa, orang tua dan
masyarakat. Proses pembelajaran yang kondusif sesuai dengan kebutuhan anak
berbakat perlu diusahakan untuk memberikan pengayaan pengalaman, merangsang
keingintahuan dan memberikan dorongan kepada siswa untuk berbagai gagasan dan
kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalah dengan cepat dan tepat.
g.
Dana
Untuk menunjang tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan perlu dukungan dana yang memadai.
2.
Home-schooling (pendidikan non formal di luar
sekolah).
Cara lain yang dapa ditempuh selain model
akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah,
yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga
ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat
istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali
ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang
cocok dengan tingkat perkembangannya.
3.
Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan
pendekatan individual.
Dalam
model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga
perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya
maksimum 20 anak.Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya
masing-masing.Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih
banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak
lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih
oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan
memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat
perkembangan dan ritme belajarnya.
4.
Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.
Dalam hal ini anak-anak yang
memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi
pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak
seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan
individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal.Kelas khusus anak
berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai
dengan kebutuhan anak-anak berbakat.Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus
dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted)
adalah anak yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih,
potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus,
kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Istilah yang sering
digunakan untuk menyebut anak CI BI, yaitu: cerdas, berbakat, gifted, gifted
and talented.
Karakteristik anak berbakat mengacu
pada istilah gifted yang biasa
digunakan di Amerika dengan batasan menurut Renzulli, yaitu: anak-anak yang
mempunyai iq di atas 130, kreativitas, komitmen terhadap tugas.
Permasalahan yang dihadapi anak CIBI
yaitu : mudah bosan, suka mengganggu anak lain, menimbulkan kemarahan,
memonopoli diskusi, bertahan dengan kegiatan rutin kelas, tidak suka diganggu,
gampang marah, menolak kerja dengan orang lain, mengoreksi orang dewasa secara
kurang sopan, membuat joke yang kejam atau trick terhadap orang lain, melakukan
intervensi orang lain, sombong, tidak sabar terhadap yang lain, bertahan
terhadap apa yang diyakini, agresif dan menantang orang lain.
Layanan pendidikan untuk anak CIBI
melalui sekolah Inklusi, Segregasi (Khusus) dan Integrasi (Reguler).
B. Saran
Jika pendidik mempertimbangkan kebutuhan anak berbakat dan mendesain
program pendidikan yang memenuhi kebutuhannya, maka siswa akan menunjukkan
prestasi dan perkembangan yang luar biasa, sesuai dengan rasa kompetisi dan
kesehatan mentalnya.
DAFFTAR PUSTAKA
Tiel, Julia
Maria van. 2007. Anakku Terlambat Bicara. Prenadamedia : Jakarta
Santrock,
John W. 2007. Psikologi
Pendidikan. Prenadamedia : Jakarta
Hidayat,
Deden Saiful dan Wawan Gunawan. 2013. Mengembangkan Pendidikan Bagi Peserta
Didik CIBI. Luxima:Jakarta
Wulan,
Dwi Kencana. Peran Pemahaman
Karakteristik Siswa CIBI. google pdf. diunduh 25-10-17.
Savira,
Siti Ina. Rancangan Identifikasi
Siswa CIBI. google pdf. diunduh 25-10-17.
Aniska,
Taruri Deti. Layanan Anak Berkebutuhan
Khusus Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif (Sppi). Google pdf. 25-10-17.
Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok
Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
https://atikahdwif.wordpress.com/2015/06/28/pembelajaran-anak-berbakat/. diunduh 15.12.2017
http://ikarostikaika.blogspot.com/2016/12/model-dan-layanan-pendidikan-bagi-anak.html diunduh 16.9.2017
https://kabarpendidikanluarbiasa.wordpress.com/2012/12/13/pendidikan-layanan-khusus-bagi-anak-berbakat/ diunduh 16.9.2017
Komentar
Posting Komentar